Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Manfaat Tambahan

Manfaat Tambahan


5. Manfaat Tambahan

Bila tujuan utama tercapai, yaitu sudah memperoleh kemahiran berbahasa, maka secara implisit kita memperoleh pula beberapa macam kesanggupan lain. Kesanggupan-kesanggupan tersebut yang akan muncul dengan sendirinya pada tahap seorang betul-betul mahir berbahasa ialah :
  1. Kita lebih mengenal diri kita sendiri: kita bisa mengetahui sampai di mana kesanggupan kita untuk mempengaruhi orang lain, betapa hidupnya imajinasi kita, berapa jauh dapat kita harapkan hasil dari permikiran atau buah pikiran kita.
    Pada umumnya bila kita sebagai penonton, kita dengan mudah menunjukkan kesalahan-kesalahan yang dibuat orang lain, dapat memperlihatkan kekurangan-kekurangan yang dilakukan orang lain. Tetapi seketika kita diberi tugas untuk melakukan hal yang sama, barulah kita menyadari bahwa tugas itu tidak semudah yang dapat kita bayangkan, atau sama sekali tidak pernah terpikirkan bahwa tugas itu sukar. Sebab itu dengan latihan dan teori yang diberikan perlahan-lahan kita mulai mengenal kekurangan kita, dan perlahan-lahan kita mengatasinya.
  2. Kita lebih dalam memahami orang lain: Komunikasi tidak bisa berjalan searah, harus terjadi secara timbal balik. Biasanya dalam keadaan biasa kita mudah mengetahui kekurangan orang-orang lain, bagaimana bahasanya, bagaimana keteraturan isi pikirannya dan sebagainya. Tetapi karena kita sendiri sudah mulai memahami diri kita sendiri mengenai kesulitan-kesulitan yang kita hadapi sendiri, maka kita pun secara tak langsung menyadari pula kesulitan yang sama yang juga dihadapi orang lain.
    Dengan demikian kita mengembangkan pula perasaan yang lebih mendalam terhadap sesama anggota masyarakat, lebih dalam memahami reaksi-reaksi yang diberikannya, serta lebih banyak mengenal motif-motif kemanusiaan yang universal.
  3. Belajar mengamati dunia sekitar kita dengan lebih cermat. Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak bertindak sebagai penonton dengan tidak memikirkan lebih mendalam mengenai segala sesuatu yang berada di sekitar kita. Tetapi seketika kita memperoleh tugas untuk membahas suatu persoalan baru timbul masalah: bagaimana harus membahas masalah itu secara mendalam, bagaimana harus menguraikan persoalan itu sehingga jelas diterima oleh orang-orang lain. Mau tidak mau kita harus mempelajari hal itu secara lebih saksama, meneliti masalah itu dari segala macam sudut, meneliti pendapat ahli-ahli lain mengenai masalah tersebut dan sebagainya. Itulah sebabnya sebuah tulisan ilmiah harus didahului dengan suatu penelitian. Dengan penelitian tersebut kita semakin mengenal hal-hal yang berada di sekitar kita, sehingga kita dapat memberi tanggapan-tanggapan yang lebih sensitif. Kita mengembangkan pula kesanggupan untuk melihat detail-detail dari tiap situasi yang paling utama dan menarik.
  4. Kita mengembangkan suatu proses berpikir yang jelas dan teratur: Setiap orang selalu beranggapan bahwa apa yang diucapkannya sudah sangat jelas. Sebab itu ia sering heran mengapa orang-orang lain tidak dapat memahami apa yang diucapkannya. Apakah benar ucapannya itu sudah sangat jelas dan teratur? Bila ucapannya itu direkam kemudian diperdengarkan kembali, maka mungkin ia akan sangat keheran-heranan mendengar betapa kacau bahasanya, betapa kusut jalan pikirannya, sehingga ia sendiri tidak mengerti apa yang diucapkannya tadi. Proses pemikiran dan kebiasaan berpikira yang teratur dan logis terutama diperlukan dalam ekspresi-ekspresi yang spontan.

Baca : Buku Komposisi Gorys Keraf

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau