Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ŋ/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itəm/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itɔm/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Kalimat Yang Efektif

Kalimat Yang Efektif

 

 

                                    BAB II



Kalimat Yang Efektif

1.  Pendahuluan

Tujuan tulis-menulis atau karang-mengarang adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif, kepada para pembaca. Sebab itu ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif, misalnya pertama-tama pengarang harus mempunyai suatu obyek yang ingin dibicarakan; bila ia sudah menemukan obyek itu, maka ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenya secara jelas, kemudian mengembangkan gagasan-gagasan utamanya secara segar, jelas dan terperinci.

Semuanya ini baru merupakan bentuk-bentuk pertama dalam gagasan pengarang. Langkah kedua adalah ia harus menuangkannya dalam bentuk-bentuk kalimat, yaitu dalam bentuk kalimat yang baik sehingga mereka yang membacanya sanggup mengadakan penghayatan kembali sejelas dan sesegar sebagai pada waktu gagasan-gagasan itu pertama kali muncul dalam pikiran pengarang. Bila kalimat-kalimat itu sanggup menciptakan daya khayal dalam diri pembaca atau pendengar seperti atau sekurang-kurangnya mendekati apa yang dibayangkan oleh pengarang, maka dapatlah dikatakan bahwa kalimat-kalimat yang mendukung gagasan itu sudah cukup efektif, cukup baik menjalankan tugasnya.

Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Tetapi apakah dengan menguasai pola-pola kalimat suatu bahasa seseorang sudah merasa yakin bahwa ia telah menguasai bahasa itu dengan baik?

Dalam komunikasi sehari-hari, kita memerlukan bahasa sebagai medium, karena ia memberikan kemungkinan yang sangat luas bila dibandingkan dengan cara-cara lain, misalnya gerak-gerik, isyarat-isyarat dengan bendera atau panji, asap, dan sebagainya. Bahasa sebagai medium komunikasi hanya akan bermanfaat sebaik-baiknya bila ia dikuasai oleh mereka yang masuk dalam lingkaran komunikasi tersebut. Penguasaan bahasa dengan demikian tidak saja mencakup persoalan penguasaan kaidah-kaidah atau pola-pola sintaksis bahasa itu, tetapi juga mencakup beberapa aspek lainnya.

Aspek-aspek penguasaan bahasa meliputi:
  1. Penguasaan secara aktif sejumlah besar perbendaharaan kata (kosa kata) bahasa tersebut.
  2. Penguasaan kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu secara aktif.
  3. Kemampuan menemukan gaya yang paling cocok untuk menyampaikan gagasan-gagasan.
  4. Tingkat penalaran (logika) yang dimiliki seseorang.
Dalam bab ini sama sekali tidak dibicarakan pembentukan kalimat berdasarkan kaidah-kaidah bahasa. Untuk sementara dianggap kita semua sudah tahu tentang segi-segi sintaksis bahasa. Dalam bab ini khusus akan diberikan uraian mengenai kalimat ditinjau dari segi komposisi dan retorika yaitu mengenai kalimat yang efektif.

Dengan mempergunakan kedua syarat pertama di atas, sudah dapat diharapkan bahwa kita sudah bisa berkomunikasi dengan mempergunakan bahasa itu. Namun penguasaan kaidah-kaidah sintaksi dan kosa kata saja, belum memungkinkan kita mempergunakan bahasa kita dengan hidup dan segar. Sebab itu diperlukan syarat-syarat lain agar bahasa kita (dalam bentuk kecilnya berupa kalimat) dapat dirasakan hidup, segar, mudah ditangkap dan dipahami. Bila kalimat-kalimat kita sudah memiliki kemampuan ini, maka kalimat-kalimat itu dapat disebut sebagai kalimat yang efektif.

Sebuah kalimat yang efektif mempersoalkan bagaimana ia dapat mewakili secara tepat isi pikiran atau perasaan pengarang, bagaimana ia dapat mewakilinya secara segar, dan sanggup menarik perhatian pembaca dan pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Kalimat yang efektif memiliki kemampuan atau tenaga untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca identik dengan apa yang dipikirkan pembaca atau penulis. Di samping itu kalimat yang efektif selalu tetap berusaha agar gagasan pokok selalu mendapat tekanan atau penonjolan dalam pikiran pembaca atau pendengar.

Jadi yang dimaksud dengan kalimat yang efektif adalah kalimat yang memenuhi syarat-syarat berikut:
  1. Secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis
  2. Sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Bila kedua syarat ini dipenuhi maka tidak mungkin akan terjadi salah paham antara mereka yang terlibat dalam komunikasi.

Sebab itu sebagai sudah dikemukakan di atas, di samping kerangka-kerangka sintaksis dan kosa kata, kita memerlukan syarat-syarat lain untuk dapat menciptakan kalimat yang efektif. Syarat-syarat lain tersebut akan mencakup pula masalah kegaya-bahasaan dan penalaran. Syarat-syarat tersebut dapat diperinci lagi atas: kesatuan gagasan, koherensi yang kompak, penekanan, variasi, paralelisme, dan penalaran.


Baca : Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau