Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /ล‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itษ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itษ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Macam-macam Pungtuasi

Macam-macam Pungtuasi



3. Macam-macam Pungtuasi ¹

Pungtuasi yang lazim dipergunakan dewasa ini didasarkan atas nada dan lagu (suprasegmental), dan sebagian didasarskan atas relasi gramatikal, frasa, dan inter-relasi antar bagian kalimat (hubungan sintaksi). Tanda-tanda tersebut adalah:

a.  Titik
Titik atau perhentian akhir biasanya dilambangkan dengan (.). Tanda ini lazimnya dipakai untuk:
  1. Menyatakan akhiran dari sebuah tutur atau kalimat.
      Bapak sudah pergi ke kantor.
      Tidak ada yang perlu ditakuti.
      Ada kalangan yang menganggap cara dramatik itu sebagai cara yang terbaik.

    Karena kalimat tanya dan kalimat perintah atau seru mengandung pula pengertia perhentian akhir, yaitu berakhirnya suatu tutur, maka tanda-tanya dan tanda-seru yang dipergunakan dalam kalimat-kalimat tersebut selalu mengandung sebuah tanda titik.
      Kamu sudah mendengar berita itu?
      Apa yang diinginkannya?
      Pergilah dari sini!
      Aduh, sialnya nasibku!
  2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat dan singkatan kata atau ungkapan yang sudah lazim. Pada singkatan yang terdiri dari tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik:
      Dr. (Doktor)
      dr. (Dokter)
      Ir. (Insinyur)
      Kol. (Kolonel)
      M.Sc. (Master of Science)
      Prof. (Profesor)
      S.H. (Sarjana Hukum)
      Drs. (Doktorandus)
      M.A. (Master of Arts)
      a.n. (atas nama)
      d.a. (dengan alamat)
      u.b. (untuk beliau)
      dkk. (dan kawan-kawan)
      dll. (dan lain-lain)
      dst. (dan seterusnya)
      dsb. (dan sebagainya)
      tsb. (tersebut)
      Yth. (Yang terhormat)
    Semua singkatan kata yang mempergunakan insial atau akronim tidak mempergunakan titik: MPR, DPR, ABRI, Hankam, Kopkamtib, Ampera, Lemhanas, dsb.
  3. Tanda titik dipergunakan untuk memisahkan angka ribuan, jutaan, dan seterusnya yang menunjukkan jumlah; juga dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan detik:
      1.000
      123.000
      154.376.235.
      567.987.456.879.
      pukul 5.45.42 (pukul limat lewat 45 menit 42 detik)
    Bila bilangan itu tidak menunjukkan jumlah maka tanda titik itu tidak dipergunakan:
      Pada halaman 5675 terdapat kata-kata berikut.
      Ia lahir pada tahun 1876.

b.  Koma
Koman atau perhentian antara yang menunjukkan suara menaik di tengah-tengah tutur, biasanya dilambangkan dengan tanda (,). Di samping untuk menyatakan perhentian antara (dalam kalimat), koma juga dipakai untuk beberapa tujuan tertentu.
Dalam hal-hal berikut dapat dipergunakan tanda koma :
  1. Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat, antara kalimat setara yang menyatakan pertentangan, antara anak kalimat dan induk kalimat, dan antara anak kalimat dan anak kalimat:
       Ia sudah berusaha sekuat tenaga, tetapi maksudnya tidak tercapai.
       Mereka bukan mengerjakana apa yang diperintahkan, melainkan hanya duduk bermalas-malasan saja.
       Nenek mengatakan dengan bangga, bahwa mereka adalah keturunan petani yang kuat-kuat, yang pantang mengalah dengan raksasa alam - ya, tidak dilupakan beliau berceritera tentang tanggul yang arsiteknya beliau rencanakan.
       Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa dalam usaha penyempurnaan ejaan bahasa Indonesia, lebih dahulu harus ditentukan secara deskriptif tata fonem bahasa Indonesia, sebelum dilakukan pemilihan huruf bagi fonem-fonemnya.
  2. Koma dipergunakan untuk menandakan suatu bentuk parentetis (keterangan-keterangan tambahan yang biasanya ditempatkan juga dalam kurung) dan unsur-unsur yang tak restriktif:
       Pertama, tulislah nama saudara di atas kertas itu.
       Anak-anak, yang sudah menghadiri kebaktian itu, dapat dipulangkan ke rumahnya masing-masing.
       Kedatangannya, seperti yang diinginkannya dari dulu, tidak disambut dengan upacara besar-besaran.
  3. Tanda koma dipergunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat mendahului induk kalimatnya, atau untuk memisahkan induk kalimat dengan sebuah bagian pengantar yang terletak sebelum induk kalimat:
       Bila hujan berhenti, ia akan mulai menanami sawahnya.
       Karena marah, ia meninggalkan kami.
       Sebagai pembuka acara ini, kami persilakan hadirin berdiri untuk menyanyikan lagu kebangsaan.
  4. Koma dipergunakan untuk menceraikan beberapa kata yang disebut berturut-turut:
       Ia membeli seekor ayam, dua ekor kambing, lima puluh kilo gula sebagai oleh-oleh untuk orang tuanya.
       Realita kehidupan penuh dengan kaidah, aturan-aturan, ukuran-ukuran, hukum-hukum, yang memberikan arti pada keselarasan hidup itu sendiri.
  5. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan transisi yang terdapat pada awal kalimat, misalnya: jadi, oleh karena itu, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, di samping itu.
       Di samping itu, kenyataan dan sejarah juga menunjukkan bahwa gerakan mahasiswa itu biasanya tidak berlangsung lama.
       Biarpun demikian, pelajar-pelajar yang berkualitas baik tidak sepenuhnya tertampung dalam universitas-unviersitas.
       Oleh karena itu, sudah tibalah waktunya bagi kita untuk menata kembali kehidupan di kampus ini.
  6. Koma selalu dipergunakan untuk menghindari salah baca atau keragu-raguan:
    Meragukan   :  Di luar rumah kelihatan suram.Jelas              :  Di luar, rumah kelihatan suram.Jelas              :  Di luar rumah, kelihatan suram.
  7. Koma dipakai untuk menandakan seseorang yang diajak bicara:
       Saya mendoakan, Yanto, agar engkau selalu berhasil dalam usahamu.
       Saya setuju, saudara.
  8. Koma dipakai juga untuk memisahkan aposisi dari kata yang diterangkannya:
       Jenderal Suharto, Presiden Republik Indonesia, dengan sekuat tenaga berusaha untuk menyelamatkan rakyat Indonesia.
       Orang tuanya, Pak Yakob, telah meninggal tadi malam.
  9. Koma dipakai untuk memisahkan kata-kata afektif seperti, o, ya, wah, aduh, kasihan dari bagian kalimat lainnya.
       Aduh, betapa seih nasibnya.
       Wah, sungguh hebat hasil yang mereka capai.
  10. Tanda koma dipakai untuk memisahkan sebuah ucapan langsung dari bagian kalimat lainnya:
       Kata ayah, "Saya akan mengurus sendiri persoalan itu."
  11. Koma dipergunakan juga untuk beberapa maksud berikut:
    a.  Memisahkan nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal.
    b.  Menceraikan bagian nama yang dibalikkan.
    c.  Memisahkan nama keluarga dari gelar akademik.
    d.  Untuk menyatakan angka desimal.
             Bila anda ingin menyurati saya alamatkanlah ke: Fakultas Sastra - Universitas Indonesia, Jln. Daksinapati, Rawamangun, Jakarta.
             Mulyana, Slamet.
             A.K. Pardede, S.S, M.A.
             Tanah itu panjangnya 25,56 m.

     
c. Titik-Koma
Fungsi titik koma sebenarnya terletak antara titik dan koma. Di satu pihak orang ingin melanjutkan kalimatnya dengan bagian-bagian kalimat berikutnya, tetapi di pihak lain dirasakan bahwa bagian kalimat tadi sudah dapat diakhiri dengan sebuah titik. Sebab itu titik-koma itu dilambangkan dengan sebuah titik di atas sebuah koma (;).
Titik-koma dipakai dalam hal-hal berikut:
  1. Untuk memisahkan dua bagian kalimat yang sederajat, di mana tidak dipergunakan kata-kata sambung:
       Ia seorang sarjana yang cemerlang; seorang atlit yang mengandung harapan; seorang aktor yang sangat baik.
  2. Titik-koma dipergunakan juga untuk memisahkan anak-anak kalimat yang sederajat:
       Ia mengatakan bahwa ia sudah kecapaian; ia membenci pekerjaan itu; sebab itu ia ingin segera meninggalkan pekerjaan itu yang sudah dijalankannya bertahun-tahun lamanya.
  3. Untuk memisahkan sebuah kalimat yang panjang yang mengandung subyek yang sama, serta terdapat perhentian yang lebih lama dari koma biasa; teristimewa titik-koma itu dipergunakan bila dalam bagian kalimat terdahulu telah dipergunakan koma:
       Tingkat kultural suatu bangsa menentukan kekuatan teknik, industri dan pertaniannya; dengan demikian menentukan kekuatan ekonominya.
       Melihat adiknya tiba-tiba seperti orang putus harapan itu, hilang segala akalnya; gelisah tak tentu apa yang hendak dikerjakannya, dipegang-pegangnya dagunya dengan tangannya yang kasar, yang mulai lisut sedikit-sedikit.
  4. Memisahkan ayat-ayat atau perincian-perincian yang bergantung pada suatu pasal atau pada suatu induk kalimat:
       Menurut penyelidikan Lembaga tersebut, kekurangan yang menyolok di kalangan para mahasiswa, khususnya para mahasiswa baru, antara lain:
    1.  pengetahuan umum mereka kebanyakan berada di bawah taraf;
    2.  tidak cukup menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris;
    3.  tidak mampu membaca tabel, grafik, mempergunakan register dan kamus;
    4.  cara belajar mereka kurang efisien;
    5.  cara berfikir mereka jauh dari memadai.
    Pendeknya, sebagai pedoman dapat diingat bahwa titik-koma merupakan sebuah perhentian yang lebih lama dari koma. Dengan mempergunakan sebuah titik-koma, penulis dapat terhindar dari tiga kemungkinan kesalahan:
    1. berhenti secara tiba-tiba pada suatu rangkaian kalimat-kalimat pendek yang terpisah, yang diakhiri dengan titik biasa;
    2. menghilangkan kejemuan (monotoni) dari suatu kalimat yang panjang, terdiri dari bagian-bagian kalimat atau anak-anak kalimat yang dirangkaikan begitu saja dengan kata dan atau kata sambung yang lain;
    3. menghindari kekaburan dari sebuah kalimat yang berbelit-belit yang dipisahkan oleh sebuah koma saja.

d. Titik dua
Titik dua yang biasanya dilambangkan dengan tanda (:), biasanya dipergunakan dalam hal-hal berikut:
  1. Sebagai penghantar sebuah kutipan yang panjang, baik yang diambil dari sebuah buku, majalah dan sebagainya, maupun dari sebuah ucapan langsung:²
       Dalam sebuah karangannya yang berjudul "Pengajaran Bahasa Indonesia" I.R. Poedjawinjatna mengatakan: "Maka dari itu sekarang dapat kami majukan tujuan umum pengajaran bahasa: membimbing anak (orang yang belum tahu betul akan bahasa itu) supaya dapat mempergunakan dan menerima (mengerti) bahasa itu sebaik-baiknya." (BKI)
  2. Titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan yang lengkap, tetapi diikuti suatu rangkaian atau pemerian:
       Di warung itu dapat dibeli barang-barang berikut: sayur-sayuran, gula, tembakau, buah-buahan, barang pecah-belah, dan sebagainya.
       Manusia terdiri dari dua bagian: jiwa dan badan.
    Titik dua tidak dipakai kalau pemerian atau perincian itu merupakan pelengkap yang mengakhiri penyataan:
       Di warung itu dapat dibeli sayur-sayuran, gula, tembakau, buah-buahan, barang pecah-belah, dsb.
       Manusia terdiri dari jiwa dan badan.
  3. Titik dua dipergunakan juga sebagai pengantar sebuah penyataan atau kesimpulan:
       Kenyataannya adalah sebagai berikut: Bahasa Indonesia dan Matematika merupakan mata pelajaran dasar, bahasa Perancis dan Jerman merupakan pilihan.
  4. Walaupun sangat jarang, titik dua dapat juga dipergunakan untuk memisahkan dua kalimat yang sederajat, sedangkan bagian yang kedua menerangkan bagian yang pertama:
       Tiap pelari cepat sudah berusaha sedapat-dapatnya: Roby adalah seorang pelari jarak pendek.
  5. Titik dua dipakai sesudah kata atau frasa yang memerlukan pemerian:
       Ketua Panitya     :  S. Sastradinata
       Wakil Ketua       :  Adiarta
       Sekretaris           :  Anita
  6. Dalam teks drama atau dialog, titik dua dipakai sesudah kata yang menunjukkan pelaku percakapan:
       David  :  He, Abil, kemarilah. Apa artinya tulisan itu? Bahasa Latinkah ini?
      
    Abil     :  (Tetap membunyikan orgel) Alaaah, apa gunanya?
      
    David  :  Gunanya? Demi kepentingan orgelmu yang terkutuk itu.
       
e. Tanda Kutip
Tanda kutip, yang biasanya dilambangkan dengan tanda ("....") atau ('....'), dipergunakan dalam hal-hal berikut:
  1. Untuk mengutip kata-kata seseorang, atau sebuah kalimat atau suatu bagian yang penting dari buku, majalah dan sebagainya (bandingkan dengan d.l):
       Ia mengatakan, "saya harus pergi."
       Dalam bukunya tentang Ilmu Perbandingan Pemerintahan, Prof. M. Nasroen, S.H. mengatakan antara lain: "Menurut pendapat saya, monarkhie, republik, oligarkhi, dsb. itu, semuanya adalah bentuk-bentuk negara dan oleh sebab itu semuanya itu masing-masing adalah negara..."
    Bila hanya ada satu kata yang dikutip, maka tidak perlu mempergunakan titik dua:
       Ia berteriak "Tembak!" kepada anak buahnya.
  2. Tanda kutip dipergunakan untuk menulis judul karangan (artikel), syiar atau bab buku:
       Ia menulis sebuah artikel dalam majalah bulanan itu dengan judul "Pemuda dan dekadensi moral".
       Untuk deklamasi minggu depan siapkanlah "Aku" ciptaan Chairil Anwar.
  3. Tanda kutip dipakai untuk menyatakan sebuah kata asing atau sebuah kata yang diistimewakan atau mempunyai arti khusus:
       Ia menyatatakan bahwa semuanya sudah "oke".
       Hal ini bisa dimengerti karena biaya bagi penelitian bebas yang tersedia jauh lebih kurang daripada biaya untuk keperluan penelitian yang sifatnya "applied" dan praktis.
       Semboyan "buku, pesta dan cinta" sudah lama ditinggalkan baik di dalam tindak-tanduk maupun slogan.
  4. Tanda kutip dalam tanda kutip: bila terdapat sebuah kutipan dalam sebuah kutipan, maka masing-masingnya harus dibedakan dengan tanda kutip yang berlainan:
       Yangto berkata, "Tiba-tiba saya mendengar suatu suara berseru 'Siapa itu?' " atau Yanto berkata, 'Tiba-tiba saya mendengar suatu suara berseru "Siapa itu?" '
  5. Tanda kutip tunggal dipakai untuk mengapit terjemahan atau penjelasan sebuah kata atau ungkapan asing:
       Teriakan-teriakan binatang atau orang primitif oleh Wundt disebut LAUTGEBARDEN 'gerak-gerik bunyi'.
  6. Di samping hal-hal yang telah diuraikan di atas, perlu kiranya diminta perhatian atas pemakaian koma, titik dan huruf kapital dalam contoh-contoh berikut yang juga mempergunakan tanda kutip itu:
       "Hendaknya demikian," katanya. "Kita harus sadar untuk melaksanakan tugas kita masing-masing dengan baik."Perhatikan: koma sesudah "demikian", titik sesudah "katanya", dan huruf kapital K pada kata "Kita" yang memulai kalimat baru.
       "Saya kira," katanya, "kita harus berhenti sekarang."Perhatikan: koma sesudah "kira" dan "katanya", huruf kecil untuk kata "kita", sebab "kita harus berhenti sekarang" merupakan bagian dari kalimat "Saya kira".
       "Astaga!" serunya. (Tak ada koma sebelum "serunya").
       "Kau sakit" tanyanya. (Juga tak ada kkoma sebelum "tanyanya", sebab baik tanda seru maupun tanda tanya sudah mengandung titik).
  7. Akhirnya dapati diberikan pula cara pengalineaan dalam karangan-karangan yang mengandung dialog-dialog. Tiap pembicaraan baru betapa pun pendeknya selalu dimulai dengan alinea baru:
       Nenek itu kemudian pergi. Ketika Bujang akan membandint kartu, tangan Maya menahan.     "Nanti dulu," kata Maya.
         "Apa?"
         "Kau terlalu banyak berdusta. Aku yakin sekarang bahwa benar seperti yang dikatakan oleh orang-orang yang mandi itu...."
         "Nenekku gila?" tanya Bujang, "begitu maksudmu?"
         "Ya."
         "Kau menghina keluarga kami!"
    (MP)
     
f. Tanda tanya
Tanda tanya yang biasanya dilambangkan dengan tanda )?), digunakan dalam hal-hal berikut:
  1. Dalam suatu pertanyaan langsung:
       Bilamana kau menyelesaikan tugasmu itu?
       Bukankah kamu yang diserahi pekerjaan itu?
    Dalam hubungan ini dapat ditegaskan bahwa tanda tanya tidak boleh dipergunakan dalam ucapan tak langsung (oratio indirecta):
       Ia menanyakan apa yang harus dikerjakannya.
       Ia ingin mengetahui siapa yang bertanggung-jawab atas tugas itu.
  2. Tanda tanya dipergunakan untuk menyatakan keragu-raguan atau ketaktentuan. Untuk maksud tersebut tanda tanya harus ditempatkan dalam tanda kurung (?), misalnya:
       Pengarang itu lahir tahun 1886 (?) dan meninggal tahun 1968.
  3. Tanda tanya kadang-kadang dipergunakan juga untuk menggantikan suatu bentuk sarkastis:
       Ia seorang gadis yang cantik (?) dan peramah.
     
g. Tanda seru
Tanda seru, yang dilambangkan dengan (!), biasanya dipakai dalam hal-hal berikut:
  1. Untuk menyatakan suatu pernyataan yang penuh emosi. Kata-kata seru biasanya dimasukkan juga dalam golongan ini.
       Mustahil! Hal semacam itu tidak boleh terjadi!
       Perhatian! Perhatian!
       Aduh! Betapa sedih kita melihat nasibnya!
  2. Tanda seru selalu dipergunakan untuk menyatakan suatu perintah:
       Pergilah segera ke rumahnya! Bawalah dia ke mari!
       Bawalah penjahat itu ke sini, hidup atau mati!
  3. Tanda seru dipakai untuk menyatakan bahwa orang yang mengutip sesuatu sebenarnya tidak setuju atau sependapat dengan apa yang dikutipnya itu:
       Dataran-dataran itu dianggap sebagai bukti (!) pendaratan makhluk angkasa luar di bumi kita pada jaman lampau.
       Kita semua berasal dari kera (!).
     
h. Tanda hubung
Tanda hubung yang dilambangkan dengan tanda (-) dipergunakan dalam hal-hal berikut:
  1. Memisahkan suku kata yang terdapat pada akhir baris:
       Mungkin tidak ada konsensus apakah pembangunan itu, apa definisinya dan bagaimana caranya.Semua suku kata (baik dari kata dasar maupun dari afiks) yang terdiri dari satu huruf tidak dipisahkan supaya jangan terdapat hanya satu huruf pada ujung maupun awal baris. Jadi jangan menulis: a-nak, i-bu, di-a, seti-a, melompat-i, dsb., walaupun pemisahan suku kata memang demikian.
  2. Tanda hubung dipakai untuk menyambung bagian-bagian dari kata ulang:
       rumah-rumah, bermain-main, sekali-kali, sekali-sekali, berdekat-dekatan, pertama-tama, dsb.
  3. Tanda hubung dipakai untuk memperjelas hubungan antara bagian kata atau ungkapan:
       ber-evolusi, be-revolusi; be-ruang, ber-uang;   Padanya ada uang dua puluh lima-ribuan (20x5000)
       Padanya ada uang dua-puluh-lima-ribuan (1x25000)
       Istri-kolonel yang cerewet (sang istri yang cerewet).
       Istri kolonel-yang cerewet (kolonel yang cerewet).
  4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan: se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital; ke- dengan angka; angka dengan -an; dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan atau kata:
       se-Indonesia, se-Jakarta; hadiah ke-3, ulangan ke-5; tahun 20-an, SIM-nya, bom-H di-DIP-kan.

i. Tanda pisah
Tanda pisah (dash)  yang biasanya dilambangkan dengan tanda () dipergunakan untuk bebereapa hal berikut:
  1. Untuk menyatakan suatu pikiran sampingan atau tambahan:
       Ada kritik yang menyatakan bahwa cara penyiar kita mempergunakan bahasa Indonesia — khusus dalam pengucapannya — kurang baik.
       Karangan yang lebih populer dapat mendorong orang-orang awam — seperti saya ini — untuk mempergunakan bahasa Indonesia dengan cara yang lebih baik.
  2. Untuk menghimpun atau memperluas suatu rangkaian subyek atau bagian kalimat, sehingga menjadi lebih jelas:
       Rumah, hewan, makanan — semuanya musnah dilanda banjir.
       Rangkaian kegiatan ini — penelitian, seminar, diskusi ilmiah — merupakan kegiatan ilmiah pada suatu perguruan tinggi.
       Rakyat Indonesia — pria, wanita, orang-orang dewasa dan anak-anak — menyambut gembira hasil pemilihan umum.
  3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan berarti sampai dengan, sedangkan bila dipakai antara dua tempat atau kota berarti ke atau sampai.
       Ia dibesarkan di Bandung dari tahun 1945 — 1970
       Seminar itu berlangsung dari tanggal 4 — 10 April.
  4. Tanda pisah dipakai juga untuk menyatakan suatu ringkasan atau suatu gelar:
       Hanya satu kesenangannya — makan.
       Inilah kedua kawan yang saya ceriterakan — Nina dan Nita.
  5. Untuk menyatakan suatu ujaran yang terputus, atau suatu keragu-raguan.
       Di dalam belukar itu terdapat seekor — seekor — tak dapat saya pastikan binatang apa itu.Dalam hal ini lebih lazim dipergunakan titik-titik (....) daripada tanda pisah.
     
j. Tanda elipsi (Titik-titik)
Tanda elipsi (atau titik-titik) yang dilambangkan dengan tiga titik (...) dipakai untuk menyatakan hal-hal berikut:
  1. Untuk menyatakan ujaran yang terputus-putus, atau menyatakan ujaran yang terputus dengan tiba-tiba.
       Ia seharusnya ... seharusnya ... sudah berada di sini.
       Tadi aku dengar dia berkata, seolah-olah lelaki yang diincernya itu ada di sekitar ini ..., ya, ya di berkata begitu.
    Sebagai sudah dikatakan di atas, walaupun kurang lazim, tanda elipsis ada kalanya diganti dengan tanda pisah.
  2. Tanda elipsis dipakai untuk menyatakan bahwa dalam suatu kutipan ada bagian yang dihilangkan.
       Mental menjalankan kekuasaan dalam negara modern ... perlu dibina.Tanda elipsi yang dipergunakan pada akhir kalimat karena menghilangkan bagian tertentu sesudah kalimat itu berakhir, menggunakan empat titik, yaitu satu sebagai titik bagi kalimat sebelumnya, dan tiga bagi bagian yang dihilangkan.
       Demi kelancaran tata tertib hal ini sungguh perlu ... sehingga tiap orang yang agak "keluar dari rel", lantas ditindak.
  3. Tanda elipsis dipergunakan juga untuk meminta kepada pembaca mengisi sendiri kelanjutan dari sebuah kalimat.
       Gajinya kecil. Tetapi ia memiliki sebuah mobil luks, rumah yang mewah, malah sebuah bungalow di Puncak. Entahlah dari mana ia dapat mengumpulkan semua kekayaan itu ....!
     
k. Tanda kurung
Tanda kurung yang biasanya dilambangkan dengan tanda ( ) dipergunakan untuk menyatakan hal-hal berikut:
  1. Mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
       Peranan IRRI (International Rice Research Institute) adalah untuk menciptakan berbagai varietas yang telah ditingkatkan.
       Begitu pula pembentukan kata/istilah-istilah berdasarkan pinjam-terjemahan (loan-translation) banyak contohnya dalam bahasa Indonesia.
  2. Mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan merupakan bagian integral dari pokok pembicaraan.
       Memang diakui bahwa untuk dua jenis pelajaran (menurut kami harus dikatakan: 'pengajaran') ini ada metode dan sistimnya.
  3. Mengapit angka atau huruf yang memperinci satu seru keterangan, misalnya:
       Agar seminar mengambil keputusan dengan pokok-pokok berikut:
       (1)  Standarisasi perlu, mengapa?
              Di sini sudah menyangkut: fungsi dan nilai
       (2)  Siapa yang melaksanakan?
              (a)  organisasi; Lembaga khusus
              (b)  personalia; staf ahli
              (c) perguruan tinggi (komplemen)
       (3)  Persoalan teknik diserahkan kepada lembaga
      
l. Tanda Kurung Siku
Tanda kurung siku biasanya dilambangkan dengan tanda [ ]. Tanda ini dipergunakan untuk maksud-maksud berikut:
  1. Dipakai untuk menerangkan sesuatu di luar jalannya teks, atau sisipan keterangan (interpolasi) yang tidak ada hubungannya dengan teks.
       Sementara itu lingkungan pemuda dari kampus ini berhubung [maksudnya: berhubungan] dengan kenyataan-kenyataan di luar kampusnya.
  2. Mengapit keterangan atau penjelasan bagi suatu kalimat yang sudah ditempatkan dalam tanda kurung.
       (hanya menggunakan nada atau kombinasi nada-nada dan apa yang saya sebut persendian [atau mungkin kata lain perjedahan atau juncture itu]).

m. Garis Miring
Garis miring yang biasanya dilambangkan dengan (/) dipakai untuk:
  1. Pengganti kata dan, atau, per, atau memisah-misahkan nomor alamat yang mempunyai fungsi yang berbeda:
       Begitu pula pembentukan kata/istilah-istilah berdasarkan pinjam-terjemah banyak terdapat dalam bahasa Indonesia.
       Akan diadakan pungutan wajib Rp. 1.000,-/jiwa.
       Engkau dapat menyurati saya dengan alamat: Kayu Pahit I/185, Rt. 007/08.
  2. Penomoran kode surat:
       No. I/255-a-I

n. Huruf Kapital
Huruf kapital atau huruf besar, biasanya dipergunakan dalam hal-hal berikut:
  1. Huruf awal dari kata pertama dalam sebuah kalimat. Dapat juga dipergunakan pada huruf awal dari kata pertama dalam suatu baris sanjak, walaupun penyair-penyair dewasa ini telah meninggalkan kebiasaan tersebut:
       Ia meninggalkan rumah tanpa pamit.
       Tuhanku akan datang dan lalu,
       Badanku, akan jadi tua,
       Tapi luka-luka jiwaku,
       Dapat di fajar masaku muda.
    (PB)
    Penyair-penyair dewasa ini tidak suka dengan formalitas itu, malahan ada yang secara ekstrim sama sekali tidak mempergunakan huruf kapital pun.
       rubuhlah satu per-satu rubuh
       benteng-benteng dendam kendurlah
       satu per-satu kendur urat-urat sakit hati
       aku pun berpihak kepada kasih-sayang.
       dilarut sepih.
    (BKI)
  2. Huruf kapital dipergunakan pula di depan nama diri, nama tempat, bangsa, negara, organisasi, bahasa, nama bulan dan hari, Tuahn, dan sifat-sifat Tuhan yang mempergunakan kata Maha.Nama diri: Adi, Nina, Anita, Tomi, Yana, Tanta, dsb.
    Nama tempat: Bogor, Bandung, Jakarta, Ende, dsb.
    Bangsa, negara, bahasa: Inggris, Indonesia, Nederland, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, bangsa Indonesia, bangsa Belanda, dsb.
    Nama bulan dan hari: Januari, Pebruari, Minggu, Senen, dsb.
    Tuhan dan Sifat Tuhan: Tuhan, Allah, Tuhan Yang Mahaesa, Tuhan Yang Maha Pengasih, dsb.
  3. Huruf kapital dipergunakan pula bagi judul-judul buku, pertunjukan, nama harian, majalah, artikel dan sanjak. Dalam hal ini biasanya kata-kata yang penting saja ditempatkan dalam huruf kapital, sedangkan kata-kata yang tidak penting tetap dalam huruf kecil.
       Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Cermin Manusia Indonesia Baru
       Majalah Ilmu Sastra Indonesia
       Bahasa Indonesia dan Problematiknya
  4. Huruf kapital dipergunakan juga pada kata-kata biasa yang mendapat arti istimewa, terutama dalam personifikasi:
       Keseimbangan yang keempat adalah keseimbangan dengan alam yang Gaib. (N)
       Seperti wajah merah membara,
       Dalam bakaran api nyata,
       Biar jiwaku habis terlebur,
       Dalam Kobaran Nyala Raya (
    PB)
     

Latihan 

A.  Tempatkanlah tanda-tanda baca pada kalimat-kalimat di bawah ini:
  1. dalam hal ini kita tidak bisa melupakan sumbangan aristoteles yang berpendapat bahwa struktus alur dramatik dibangun atas dua bagian perkembangan utama yakni penggawatan komplikasi dan penyelesaian konklusi katastrofi.
  2. tingkat kulturil suatu bangsa menentukan kekuatan teknik industri dan pertaniannya dengan demikian menentukan kekuatan ekonominya
  3. mutu pendidikan tinggi kita baik dilihat dari segi relevansinya keutamaan akademis atau pun dari keutamaan kependidikan masih belum memuaskan
  4. terima kasih katanya sambil menerima bungkusan itu dari tangannya
  5. benarkah kamu menerima bungkusan itu tanyanya dengan nada yang agak keras
  6. karena macetnya lalu lintas antara 730 pagi sampai jam 1030 pagi maka tidak mungkin mobil dilarikan lebih cepat dari 20 km jam
 B.  Dalam kalimat-kalimat di bawah ini terdapat kesalahan dalam menempatkan tanda-baca. Tunjuklah mana yang salah serta usahakanlah untuk memperbaikinya!
  1. Tepat tepat! pada jam seperti inilah dulu suamiki Raja Dukungan tambun mulai Mengocok kartunya."
  2. Terang pula bahwa, sikap keahlian sang guru sangat menentukan.
  3. Itulah sebabnya maka juga kami katakan bahwa pelajaran secara ilmiah itu paling cepat, baru diadakan pada Sekolah lanjutan Pertama malahan, pada hemat kami, terutama pada sekolah Lanjutan atas dan itulah sebabnya pula maka kami dalam prasaran ini membatasi diri lingkungan pengajaran (pemberian pelajaran bahasa Indonesia hanya pada sekolah lanjutan atas dan terutama pada sekolah Menengah Atas.
  4. Contoh yang mudah ialah perbandingan antara sebuah buku riwayat; atau sejarah dengan sebuah roman sejarah.
  5. Juga di sini tidak akan dikemukakan, definisi apakah roman, novel, dan cerita pendek itu.
C.  Tempatkanlah tanda-tanda baca dari kutipan di bawah ini:
     Universitas dapatlah dikatakan sebagai suatu organisasi profesionil istilah organisasi memasukannya dalam kategori yang sama dengan tipe organisasi lainnya seperti perusahaan paberik atau pun ketentaraan tetapi dengan menambahkan kata sifat profesionil universtias itu dibedakan dari tipe organisasi tersebut tadi termasuk dalam kategori organisasi profesionil adalah rumah sakit atau asosiasi pengacara
     Sifat khas organisasi profesionil ialah bahwa tujuan primer organisasi itu hanya dapat dicapai oleh mereka yang mempunyai kwalifikasi yang tertinggi di bidang ketentaraan untuk mencapai sasaran komandan mengerahkan anak buahnya di bidang perusahaan produksi direktu mengerahkan buruhnya untuk mencapai hasil yang setinggi-tingginya tetapi mendidik mahasiswa menyembuhkan pasien membela klien tidak dapat diserahkan kepada tenaga yang kurang pendidikannya ini harus dikerjakan oleh anggota profesi yang mempunyai kwalifikasi tertinggi.
     di samping tugas tugas profesionil pada organisasi profesionil itu seperti juga pada badan badan lainnya tentu ada pula tugas tugas di bidang adminitratif organisatoris di bidang kepengurusan pengelolaan atau pun manajemen relasi antara tugas profesionil dan tuga manajemen ini memberikan corak dualistis pada universitas sekarang ini sektor profesionil tujuan primer universitas itu adalah pendidikan keilmuan penelitian dan pengalaman ilmu itu sedang sektor pengelolaannya harus menjaga efisiensi dalam pemakaian dana dan daya.
    universitas kita masih dalam tahap mencari betnuk masih sangat memerlukan perubahan dan penyesuaian dalam cara kerja struktur dan dalam proses pengambilan keputusan dengan demikian ia harus mempunyai kesanggupan untuk perubahan dan penyesuaian dari dalam dirinya sendiri dengan mendengarkan suara suara rasionil tentang perubahan dari dalam lingkungannya sendiri sesuai dengan kenyataan bahwa perguruan tinggi itu adalah penyebab dari perubahan dalam masyarakat maka kesanggupan untuk melakukan perubahan dan penyesuaian haruslah inhaerent pula pada lembaga pendidikan tinggi itu universitas harus dapat melaksanakan pada dirinya sendiri pendekatan yang bersifat pembaharuan dan kreatif innovating and creative approach.
   kalau universitas itu tidak dapat tidak sanggup dari dalam mendapatkan kemampuan untuk penyesuaian yang terus-menerus terhadap perkembangan dan keadaan masyarakat yang dewasa ini penuh dengan perubahan-perubahan eksplosif maka perubahan dan penyesuaian itu akan dipaksakan dari luar konservatisme dan kekakuan tidak dapat dipertahakan dalam keadaan dunia dewasa ini.
    sama pentingnya dengan kesanggupan untuk mengadakan respons terhadap suara suara perubahan yang rasionil dari dalam adalah kesanggupan untuk dengan tegas menantang suara suara yang irrasionil yang datang dari pihak mana pun dari dalam atau dari luar lingkungan universitas.



--------------------------
1  Semua tanda baca yang dikemukakan dalam bagian ini disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang diresmikan dengan Keputusan Presiden no.57 tahun 1972 dan dinyatakan berlaku mulai tanggal 17 Agustus 1972. Ejaan ini terakhir diberikan pedoman penuntunnya dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, diterbitkan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Agustus tahun 1975.

2  Buku Pedoman EYD tidak menyinggung soal ini. Dalam bagian mengenai koma disebutkan bahwa koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat: Kata Ibu, "Saya gembira sekali." Sama sekali tidak disebut bahwa tidak boleh digunakan titik dua. Menurut konvensi yang umum berlaku, digunakan titik dua. Barangkali petikan yang pendek kita menggunakan koma, tetapi yang panjang lebih baik tetap menggunakan titik dua.


Baca : Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau