Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Kesatuan Alinea

Kesatuan Alinea


4. Kesatuan alinea


Seperti sudah disinggung di atas, yang dimaksud dengan kesatuan ialah bahwa alinea tersebut harus memperhatikan dengan jelas suatu maksud atau sebuah tema tertentu. Kesatuan di sini tidak boleh diartikan bahwa ia hanya memuat satu hal saja. Sebuah alinea yang memiliki kesatuan bisa saja mengandung beberapa hal atau beberapa perincian, tetapi semua unsur tadi haruslah bersama-sama digerakkan untuk menunjang sebuah maksud tunggal atau sebuah tema tunggal. Maksud tunggal itulah yang ingin disampaikan oleh penulis dalam alinea itu.

Karena fungsi tiap alinea adalah untuk mengembangkan sebuah gagasan tunggal, maka tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak mempunyai pertalian dengan maksud tunggal tadi. Penyimpangan-penyimpangan dari maksud tadi hanya akan mempersulit pembaca, dan mempersulit pula titik pertemuan antara penulis dan pembaca. Penyimpangan-penyimpangan itu dapat berbentuk: pertama, pemasukan sebuah sisipan atau interupsi yang jelas dalam urutan-urutan gagasan yang ada; kedua, sebuah penyimpangan secara gradual dari tema yang harus dibina oleh alinea itu, yaitu setiap kalimat berikutnya semakin menyimpang dari tujuan utamanya.

Untuk memberi gambaran yang jelas tentang kesatuan yang terkandung dalam sebuah alinea, maka coba perhatikan kutipan berikut:
     "Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung daripada yang lain. Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih", "lembu merah", dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola semantik yang khusus" (BKI).

Dalam contoh di atas dapatlah dilihat bahwa alinea itu hanya mengandung satu gagasan pokok yaitu bahwa "tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus". Gagasan itu kemudian diperinci atau dikembangkan lebih jauh dalam kalimat-kalimat berikutnya, seperti bahasa Indonesia tidak mengenal jamak dan tunggal, seperti halnya dengan bahasa Inggris atau bahasa-bahasa barat lainnya, tidak mengenal perubahan dalam sistim kata kerja. Sebaliknya bahasa Zulu membedakan lembu merah dan lembu putih dengan kata-kata yang khusus sedangkan bahasa Inggris tidak mengenal hal itu. Atau dengan kata lain, kalimat-kalimat lain dalam alinea itu hanya berfungsi untuk memperinci lebih jauh gagasan utama tadi. Perincian itu disusun sedemikian rupa sehingga hubungan antara suatu kalimat dengan kalimat lainnya merupakan kesatuan yang bulat untuk memperinci gagasan utama tadi.

Sebaliknya, coba perhatikan alinea di bawah ini, dan katakan apakah alinea tersebut mengandung suatu ide utama atau tidak:
     "Tapi sedihnya [sic!], apabila masyarakat dari suatu negara yang belum mempunyai bahasa kesatuannya, maka sudah pasti hal yang demikian, pasti tidak terdapat pada masyarakat tersebut. Maka yang lebih sedih lagi, nasib rakyat yang jauh dari kota, di mana kebutuhan daripada mereka tidak dapat diperhatikan dengan saksama. Mereka seperti terisolir, yang mana mereka tidak leluasa memperkenalkan keadaan daripada tempat serta aspek-aspek kehidupan mereka. Dalam hal ini, yang menjadi pionir terhadap daerah itu, sudah pasti dari kaum cerdik pandai. Karena mereka ingin mengetahui serta mempelajari dan di samping membantu mereka".    
                                              (diangkat dari paper seorang mahasiswa). 

Dengan tidak memberikan pendapat kita tentang struktur bahasa yang dipergunakan, serta tanda-tanda baca yang dipakai, maka dapat dikatakan bahwa konsentrasi pikiran kita terhadap isi dari alinera tersebut sangat sulit. Kalimat pertama saja sudah cukup membingungkan kita. Jangan lagi untuk mempertalikan kalimat pertama tersebut dengan kalimat-kalimat berikutnya.

Setelah membaca dan mencoba menangkap apa yang tersirat di belakang alinea tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa sekurang-kurangnya terdapat tiga tema utama, yang tidak berhubungan satu sama lain, yaitu:
a. Keadaan yang biasa diperoleh negara-negara yang mempunyai bahasa kesatuan tidak akan terdapat pada negara-negara yang tidak mempunyai bahasa kesatuan.
b. Nasib rakyat yang jauh dari kota sangat menyedihkan.
c. Perlu pionir-pionir untuk mempelajari keadaan rakyat yang jauh dari kota.

Tema kedua dan ketiga walaupun agak renggang dapat dikatakan masih mempunyai hubungan timbal-balik, sedangkan tema pertama tidak ada atau sekurang-kurangnya tidak memperlihatkan hubungan dengan tema kedua lainnya.

Sekali lagi terlepas dari struktur bahasa yang digunakan, maka dapatlah dikatakan bahwa tidak terdapat kesatuan dalam alinea tersebut. Sesuai dengan jumlah tema yang terkandung di dalamnya, maka alinea itu harus dipecahkan sekurang-kurangnya menjadi tiga alinea, serta masing-masingnya perlu dikembangkan lebih lanjut menjadi sebuah alinea yang benar-benar terperinci. Begitu pula perlu dicari hubungan antara alinea pertama dengan alinea kedua dan ketiga, sehingga terdapat sebuah urutan yang logis.

Gagasan utama atau gagasan pokok yang didukung oleh sebuah alinea biasanya ditempatkan dalam sebuah kalimat topik atau kalimat pokok. Sedangkan kalimat-kalimat lainnya yang turut membina alinea itu memuat perincian-perincian lebih lanjut dari gagasan utama tadi.

Kalimat utama atau kalimat pokok adalah sarana dari gagasan yang dikembangkan dalam alinea itu. Perkembangan alinea itu bisa mendahului penampilan sebuah gagasan utama, tergantung dari metode pengembangan alinea itu. Misalnya bila seorang penulis ingin memberi evidensi tertentu menuju kepada kesimpulan, maka konklusi pada akhir alinea itulah merupakan kalimat utamanya. Atau ia dapat menghidangkan konklusinya pada awal alinea, baru kemudian mengemukakan evidensi-evidensi untuk memperkuat konklusinya tadi. Sebab itu persoalan penempatan kalimat topik merupakan suatu faktor yang benar-benar harus diperhatikan untuk menyusun sebuah alinea yang baik.

Jadi dalam tulisan-tulisan yang baik, terdapat empat macam cara untuk menempatkan sebuah kalimat topik atau kalimat utama yaitu.

a. Pada awal alinea
    Pengertian awal alinea ini dapat merupakan kalimat pertama, dapat juga kalimat kedua. Dengan menempatkan kalimat pokok pada awal alinea, gagasan sentral tadi akan mendapat penekanan yang wajar. Alinea semacam ini biasanya bersifat deduktif, yaitu mula-mula mengemukakan pokok persoalan, kemudian menyusul uraian-uraian yang terperinci. Kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut harus dipusatkan untuk memperjelas ide atau gagasan sentral tadi.

Cara ini merupakan metode yang paling baik.

     "Dalam perobahan masyarakat dan kebudayaan Indonesia yang amat cepat dalam lima puluh tahun yang terakhir ini, tentulah bahasa Indonesia sebagai penjelmaan masyarakat dan kebudayaan itu, amat cepat juga berubah. Pertemuan dan pengaruh masyarakat dan kebudayaan modern kepada bangsa Indonesia boleh dikatakan mengenai seluruh kehidupan bangsa Indonesia, sehingga banyak dan serba ragam perobahan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Pada hakekatnya, apabila kita berbicara tentang perobahan suasana, perobahan gaya bahasa Indonesia, pembebasannya daripada suasana konservatif dan timbulnyanya bermacam-macam eksperimen yang baru dalam kata maupun bentuk bahasa, kita sudah berbicara tentang permodernan bahasa Indonesia. Segala usaha pembebasan dan eksperimen dalam bahasa yang sejalan dengan perobahan masyarakat dan kebudayaan ini tentu tiada dapat berlaku sewenang-wenang, mesti lambat-laun tunduk juga kepada proses standardisasi untuk keefisienan bahasa Indonesia sebagai alat perhubungan dan pemikiran" (SBI).

Kutipan di atas memperlihatkan bahwa kalimat pertama merupakan kalimat topik yang mengandung gagasan pokok "bahasa Indonesia amat cepat berubah". Kalimat-kalimat selanjutnya hanya merupakan perincian dan penjelasan lebih lanjut dari gagasan pokok tersebut. Model alinea ini dapat digambarkan dengan bagan berikut:  

Model Alinea 1
Tipe alinea dengan kalimat topik pada awal alinea. Sifatnya: deduktif



b. Pada akhir alinea
    Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian akhir dari alinea tersebut. Dalam hal ini alinea itu bersifat induktif. Alinea semacam ini harus disusun sekian macam sehingga dapat mencapai klimaks dalam kalimat pokok yang terdapat pada akhir alinea itu. Cara ini lebih sulit, tetapi lebih efektif, terutama dalam mengemukakan argumentasi.
    "Semulanya kita condong pada pendapat, bahwa barang-barang, benda-benda, itu memang lebih dekat pada kita, lebih mudah dapat difahami. Barang-barang itu kita pergunakan dalam hidup kita sehari-hari, kita pakai sebagai alat, kita ketahui sifat-sifatnya, sedangkan pribadi orang sering merupakan teka-teki, suatu misteri. Namun setelah pendapat ini kita selidiki, ternyatalah, bahwa barang-barang itu nampaknya lebih dekat pada kita, karena sebelumnya kita sendiri sudah mendekatkan mereka pada kita. Dunia kebendaan, barang-barang, baru memperoleh arti dan maknanya sesudah disentuh oleh manusia, menjadi kursi atau sepeda sesudah disinari oleh budi manusia. Jadi, melalui manusialah kita mendekati dunia kebendaan" (Basis, Nop. 68).

Alinea di atas jelas memperlihatkan bahwa gagasan utama terdapat pada kalimat yang terakhir, yang sekaligus menjadi kalimat topiknya. Kalimat-kalimat sebelumnya merupakan penjelasan atau pokok-pokok pikiran yang lebih kecil yang disusun sekian macam, sehingga berangsur-angsur menuju kepada klimaks atau gagasan utamanya pada akhir kalimat, yaitu"melalui manusialah kita mendekati dunia kebendaan".

Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Model Alinea 2
Tipe kalimat dengan kalimat topik pada akhir alinea. Sifatnya: induktif.

c. Pada awal dan akhir alinea
    Kalimat topik dapat pula ditempatkan pada bagian awal dan akhir dari alinea. Dalam hal ini kalimat terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.
     "Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini ialah bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung dari pada yang lain. Sistim ungkapan tiap bahasa dan sistim makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh karena itu janganlah kecewa apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jaman dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistim kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenal "unggah-ungguh". Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang berarti "lembu", tetapi ada kata yang berarti "lembu putih", "lembu merah" dan sebagainya. Secara teknis, pada linguis mengatakan bahwa tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistim gramatikal serta pola simantik yang khusus" (BKI).

Kutipan di atas menunjukkan bahwa kalimat topik yang terdapat pada awal alinea "... tiap bahasa mempunyai sistim ungkapan yang khusus dan sistim makna yang khusus pula..." diulang kembali pada akhir alinea itu tetapi dengan sedikit perubahan, yaitu "... tiap bahasa mempunyai sistim fonologi, sistem gramatikal serta pola semantik yang khusus". Apa yang disebut "sistim ungkapan" pada kalimat pertama sama artinya dengan "sistim fonologi dan sistim gramatikal" pada kalimat akhir, sedangkan "sistim makna" pada kalimat pertama sama artinya dengan "pola semantik" pada kalimat terakhir dari alinea tersebut.

Model alinea terakhir ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Alinea 3
Tipe alinea dengan kalimat topik pada awal dan akhir alinea. Sifatnya: Gabungan Tipe 1 dan 2.

d. Pada seluruh alinea
    Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh alinea. Dalam hal ini tidak terdapat kalimat yang khusus yang menjadi kalimat topiknya. Alinea semacam ini terutama dijumpai dalam uraian-uraian yang bersifat deskriptif atau naratif.
     "Enam puluh tahun yang lalu, pagi-pagi tanggal 30 Juni 1908, suatu benda cerah tidak dikenal melayang menyusur lengkungan langit sambil meninggalkan jejak kehitam-hitaman dengan disaksikan oleh paling sedikit seribu orang di pelbagai dusun Siberia Tengah. Jam menunjukkan pukul 7 waktu setempat. Penduduk desa Vanovara melihat benda itu menjadi bola api menyilaukan di atas hutan cemara sekitar sungai Tunguska. Kobaran api membentuk cendawan membubung tinggi ke angkasa, disusul ledakan dahsyat yang menggelegar bagaikan guntur dan terdengar sampai lebih dari 1.000 km jauhnya". (Intisari, Pebr. 1969).

Sukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam alinea di atas, karena seluruh alinea bersifat deskriptif dan naratif. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain. Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari alinea tersebut.

Model alinea ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Model Alinea 4
Tipe alinea yang seluruhnya mengandung isi. Terdapat pada tulisan-tulisan deskriptif dan naratif.

Akhirnya perlu dikemukakan sekali lagi bahwa tujuan dari kalimat-kalimat topik atau kalimat pokok adalah untuk menuntun para pembaca menelusuri seluruh alinea itu. Pembaca memerlukan petunjuk-petunjuk bagaimana gagasan itu terbentuk, serta bagaimana detail-detail atau bagian-bagian perinciannya harus disusun. Detail-detail atau perincian itu merupakan ide-ide tambahan atau gagasan bawahan dari gagasan utama yang terdapat dalam sebuah kalimat utama.


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau