Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Klasifikasi

Klasifikasi


9. Klasifikasi


Yang dimaksud dengan klasifikasi adalah sebuah proses untuk mengelompokkan barang-barang yang dianggap mempunyai kesamaan-kesamaan tertentu. Sebab itu klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan, yaitu pertama, mempersatukan satuan-satuan ke dalam suatu kelompok, dan kedua, memisahkan kesatuan tadi dari kelompok yang lain. Dengan demikian klasifikasi mempunyai persamaan-persamaan tertentu baik dengan pertentangan dan perbandingan maupun dengan Umum - khusus dan khusus - umum.

Persamaannya dengan pertentangan dan perbandingan adalah bahwa keduanya bertolak dari penetapan ciri-ciri yang sama dan penetapan perbedaan-perbedaan tertentu, tetapi dalam klasifikasi prosesnya masih berjalan terus untuk menentukan pengelompokan. Di pihak lain klasifikasi mempunyai persamaan dengan umum-khusus dan khusus-umum, karena proses klasifikasi itu tidak lain daripada membuat perincian-perincian tentang sesuatu yang umum, tetapi perincian itu untuk memperoleh kelas-kelasnya atau kelompok-kelompoknya.

Dalam klasifikasi, tiap kelompok yang diperoleh dalam langkah sebelumnya mungkin masih diperinci lebih lanjut ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil lagi. Walaupun demikian penulis harus memegang prinsip yang jelas tentang dasar klasifikasinya, baik untuk tingkat yang lebih tinggi maupun untuk tingkat-tingkat yang lebih rendah.
     "Jika orang hendak membagi bahasa Melayu ataupun bahasa Indonesia itu juga, maka pastilah tidak cukup, apabila ia haya dibagi atas bahasa Melayu rendah dan bahasa Melayu tinggi, pun tiada cukup apabila disisi-sisikan empat macam bahasa: Bahasa dalam, bahasa bangsawan, bahasa dagang dan bahasa kacukan. Pun perbedaan bahasa Melayu buku dan bahasa Melayu yang dipercakapkan tiada dapat diterima oleh karena banyaknya jenis bahasa Melayu yang ditulis dan banyak pula jenis yang dipercakapkan. Bahasa yang dipercakapkan oleh tukang penangkap ikan, lain daripada bahasa yang dipercakapkan oleh orang tani, lain pula daripada bahasa yang dipercakapkan oleh guru sekolah atau kuli di pelabuhan. Bahasa yang dipakai di Riau lain daripada bahasa yang dipakai di Jakarta, yang dipakai di Jakarta lain daripada yang di Ambon, yang di Banjarmasin lain daripada yang di Padang. Tetapi sekaliannya itu masuk lingkungan bahasa Melayu yang satu. Dan bahasa Indonesia sebagai sambungan bahasa Melayu, pastilah mempunyai corak dan warna yang terdapat pada bahasa Melayu itu dahulu". (PBI).

Klasifikasi atas obyek-obyek yang konkrit mungkin tidak banyak mendatangkan kesulitan, karena prinsip-prinsip yang dipergunakan juga bersifat konkrit: besarnya, bahannya, bentuknya, tujuannya, dan lain sebagainya. Tetapi bila kita melangkah kepada gagasan-gagasan yang abstrak, maka selalu timbul kesulitan untuk mempertahankan dasar itu. Klasifikasi dibuat oleh manusia, bukan inheren dalam obyek yang diklasifikasikan itu. Sebab itu klasifikasi pertama-tama tidak menyangkut soal "benar" dalam arti yang mutlak, tetapi "benar" dalam arti yang pragmatis, yaitu cocok atau tidak untuk maksud-maksud tertentu. Sebab itu penolakan kita terhadap sebuah klasifikasi pertama-tama janganlah diarahkan kepada dasar yang dipakai untuk mengadakan klasifikasi itu. Bila dasar yang dipergunakan itu kita terima, baru langkah selanjutnya adalah apakah hasil klasifikasi itu benar-benar sesuai dengan dasar itu.


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau