Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Perbandingan dan Pertentangan

Perbandingan dan Pertentangan


3. Perbandingan dan Pertentangan


Yang dimaksud dengan perbandingan dan pertentangan adalah suatu cara di mana pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang, obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.

Kita dapat membandingkan misalnya dua tokoh pendidikan, bagaimana politik pendidikan yang dijalankannya dengan memperhatikan pula segi-segi lain untuk menerangkan gagasan sentral itu. Maksud daripada perbandingan itu adalah untuk sampai kepada suatu penilaian yang relatif mengenai kedua tokoh tersebut. Segi-segi perbandingan harus disusun sekian macam sehingga kita dapat sampai kepada gagasan sentralnya. Misalnya mula-mula kita membandingkan rasa humor mereka, cara mereka menghadapi lawan-lawannya, cara mereka menghargai pendukung-pendukungnya, serta tingkah laku pribadi mereka; rangkaian perbandingan-perbandingan itu diarahkan kepada gagasan sentral, yaitu bagaimana rasa humor mereka menjadi senjata politis, serta bagaimana mereka menghadapi lawan-lawan mereka sekian macam sehingga tidak merugikan sahabat-sahabat dan sekutu-sekutu mereka.

Perhatikanlah kutipan di bawah ini, serta katakan apakah terdapat perbandingan dan pertentangan dalam kutipan itu atau tidak:
     "Demokratisering yang menandai sepak terjang Angkatan '66 yang juga sangat terkenal dengan istilah Orde Baru pada hakekatnya adalah bangkitnya kesadaran dan keinsafan akan pentingnya kritik. Sebab 'Demokrasi tanpa kritik merupakan isapan jempol belaka', demikian tulis Prof. Dr. R.C. Kwant. 'Kritik menyodorkan kenyataan secara penuh tanggung-jawab dengan tujuan agar orang yang bersangkutan mengadakan pemikiran kembali dan selanjutnya mengadakan perbaikan diri atau self koreksi'.
     Mengapa demokratisering dan dinamisering dengan cita-cita yang begitu luhur itu dapat kurang lancar jalannya, pada hemat kami memang bisa dimaklumi dengan mengingat namanya sendiri yakni Orde Baru. Ini berarti bahwa kritik masih merupakan hal yang baru. Hal ini jelas kalau kita taruhkan pada latar belakang Orde Lama sebagai kebalikannya. Dalam kehidupan orde lama kata 'kritik' tidak termuat dalam kamus sehari-hari. Yang ada ialah kata-kata macam menjilat, mendukung tanpa reserve dan sebagai kelanjutannya adalah merongrong, ganyang dan mendongkel. Kata-kata terakhir itu diperuntukkan lawan-lawannya yang tidak sefaham, sebab setiap gejala yang menunjukkan akan adanya suatu pengertian ke arah perbaikan tetapi yang tidak begitu mendatangkan kenan lingkungan istana karena dipandang bertentangan dengan apa yang sedang berlaku maka disebutnya merongrong kewibawaan, melawan kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah. Kuliah filsafat yang menjadikan manusia bisa berfikir lurus dan kritis dan karenanya telah dijadikan studium generale kemudian harus dicabut dari lembaga ilmiah tertinggi ini dengan dalil 'karena menghidupkan alam pikiran liberal'. Karenanya harus diganyang oleh setiap orang yang selalu siap mendukung tanpa reserve pada setiap tindakan yang mau merealisasikan gagasan 'ilmu untuk rakyat'. Filsafat adalah ajaran kaum liberalis borjuis, dengan sendirinya rakyat yang menciptakan masyarakat sosialis emoh filsafat". (Basis, Oebr. 67).

Alinea pertama hanya berfungsi sebagai dasar untuk memahami alinea yang kedua. Dasar yang dinyatakan dalam alinea pertama itu adalah pentingnya kritik. Tetapi supaya persoalan kritik ini bisa lebih jelas fungsinya maka diuraikan dalam sebuah perbandingan, yaitu antara orde lama dan orde baru. Dalam orde lama kritik tidak ada. Karena tidak ada kritik, maka timbullah akibat selanjutnya: menjilat, mendukung tanpa reserve: sedangkan untuk lawan-lawan politik dilontarkan kata-kata: merongrong, ganyang dan mendongkel; begitu pula kuliah filsafat yang membuat manusia bisa berpikir kritis dilarang. Kalau kita sudah melihat ciri-ciri orde lama ini, maka orde baru haruslah merupakan kebalikan dari itu, yakni adanya kritik dengan segala konsekuensinya.


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau