Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Tema yang baik

Tema yang baik


6. Tema yang baik


Sebuah tema hanya akan dinilai setinggi-tingginya bila telah dikembangkan secara jujur dan segar, digarap secara terperinci dan jelas, sehingga dapat menambah informasi yang berharga bagi perbendaharaan pengetahuan pembaca. Tema yang dikembangkan dengan memenuhi hal-hal tersebut dapat disebut sebagai sebuah tema yang baik. Sebuah tema yang baik dapat dinilai dari dua sudut pertama dari sudut suatu karya yang sudah siap, dan kedua dari syarat-syarat yang dipenuhi pada saat sebuah tema mulai disusun. Atau penilaian itu dapat dilakukan dengan mempersoalkan apakah sebuah karya itu bernilai atau tidak.

Sebuah karya dianggap tidak bernilai apabila pemikirannya kabur dan ditulis dengan tergesa-gesa, tidak memiliki gagasan sentral, tetapi hanya mengungkapkan beberapa pernyataan yang lepas. Apa yang dikemukakan merupakan klise-klise umum, atau pikiran dan pendapat orang lain tanpa mengemukakan hasil pikirannya sama sekali; tulisan itu tidak dikembangkan dengan baik untuk menjawab persoalan-persoalan tentang topik atau bagian-bagiannya. Di samping itu tulisan itu tidak bernilai kalau susunannya tidak teratur, tidak mengikuti urutan yang logis dan koherensi atau kepaduannya kurang baik. Pendeknya sebuah karangan atau tulisan tidak bernilai sama sekali kalau penulisnya tidak berusaha memeras pikirannya sendiri, tidak berusaha mencari informasi-informasi untuk meyakinkan dirinya bahwa ia mengetahui persoalan itu.

Tetapi di pihak lain sebuah karangan yang sudah siap sepenuhnya tergantung pula dari tema yang telah digariskan, baik yang berbentuk tesis, pengungkapan maksud, maupun perinciannya dalam bentuk kerangka karangan. Sebab itu untuk menyusun sebuah karangan yang baik, penulis harus memperhatikan bahwa tema yang disusunnya juga merupakan sebuah tema yang baik, entah selagi berbentuk kalimat (tesis atau pengungkapan maksud) maupun berbentuk alinea, rangkaian alinea atau berbentuk kerangka karangan. Tema yang baik di sini mencakup semua macam tema, dan mencakup semua segi dari tema itu, semua relung dan lekuk yang menjadi landasan sebuah karya final.

Selain dari sifat terbatas, dan ketetapan perumusan, maka beberapa syarat lainnya perlu diperhatikan untuk menyusun sebuah tema yang baik. Syarat-syarat tersebu adalah sebagai berikut:

a. Kejelasan
    Kejelasan merupakan hal yang sangat esensil bagi sebuah tulisan yang baik. Kejelasan dapat dilihat pertama-tama melalui gagasan sentralnya. Apakah ada satu topik dengan suatu tujuan utama yang akan disampaikan kepada para pembaca. Kalau gagasan sentralnya jelas, maka tema itu dapat dirumuskan dalam sebuah kalimat yang jelas.


Kedua, kejelasan sebuah tema dapat pula dilihat melalui subordinasi atau perincian-perinciannya. Apakah hubungan antara perincian-perincian itu dengan tesis itu baik. Bila ada satu atau lebih perincian yang tidak memperlihatkan hubungan yang jelas maka tema itu akan menjadi kabur, walaupun tesis atau pengungkapan maksudnya telah dirumuskan dengan baik. Perincian-perincian yang paling kecil dapat dilihat dalam struktur kalimat-kalimatnya. Struktur kalimat harus matang dan bervariasi. Dengan demikian tampak bahwa penulisnya sudah memikirkan dengan sematang-matangnya karyanya itu dari tesis atau pengungkapan maksud sampai kepada kalimat-kalimatnya.


b. Kesatuan
    Kesatuan pertama-tama dilihat dari adanya satuan gagasan sentral yang menjadi landasan seluruh karangan itu. Sebenarnya kejelasan dan kesatuan merupakan hal yang sama, hanya segi penekanan berbeda. Kesatuan dilihat semata-mata dari persoalan bahwa hanya ada satu gagasan sentral dalam setiap karangan atau tema. Setiap perincian dari gagasan sentral hanya menunjang gagasan sentral tadi, dan tiap perincian itu pun hanya boleh mengandung satu gagasan saja; demikian seterusnya.

Ada tulisan yang tidak memperlihatkan kesatuan, yaitu tidak memperlihatkan dengan tegas tesis atau pengungkapan maksudnya, tetapi hanya membuat pernyataan-pernyataan yang sambil lalu tentang sebuah topik. Kesatuan gagasan sentralnya merupakan suatu hal yang esensil. Seringkali pengarang berhasil menetapkan gagasan sentralnya, tetapi gagal mempertahankannya dalam seluruh tulisannya, sehingga pembaca tidak tahu apa yang telah dibacanya. Seringkali pula terjadi bahwa kesatuan itu menjadi kabur karena penulis gagal mempertahankan keharmonisan nada tulisannya berupa penyimpangan terhadap topiknya, atau berupa pemakaian kata atau frasa yang tidak tepat, perincian-perincian yang bertentangan dengan gagasan sentralnya, atau bagian-bagian yang tidak tepat sehingga transisinya terganggu.

Lebih sering lagi terjadi bahwa penulis-penulis baru gagal menggarap detail-detail yang cukup konkrit dan khas untuk membuat gagasan sentralnya lebih jelas, sehingga dapat terjamin kesatuan karangan itu. Sebuah tulisan yang baik harus tetap membatasi dirinya dalam mengemukakan satu gagasan tunggal, sehingga karena bertolak dari gagasan tunggal, maka pembaca-pembaca juga dapat menyimpulkan karangan itu dalam sebuah kalimat.


c. Perkembangan
    Kejelasan, kesatuan dan perkembangan sebenarnya merupakan satu kesatuan syarat yang satu tidak bisa dilepaskan dari yang lain. Ketidakjelasan akan menimbulkan efek negatif pada kesatuan dan perkembangan, kesatuan yang kurang baik dapat menimbulkan ketidakjelasan tema yang perkembangan tema kurang baik dan terarah, perkembangan yang kurang baik akan merusak tema dan mengaburkan topik dan tujuannya.


Dalam uraian mengenai pengembangan alinea telah dikemukakan bahwa perkembangan alinea dapat dilihat dari dua sudut yaitu pertama, apakah gagasan yang lebih tinggi sudah diperinci secara maksimal, dan kedua, apakah perincian-perincian tersebut juga sudah diurutkan secara logis dan teratur. Dalam hal ini perkembangan sebuah tema juga dapat dilihat dengan ukuran ini. Apakah tesis atau pengungkapan maksud sudah diperinci secara maksimal untuk membuat tema itu menjadi jelas, dan apakah perincian secara maksimal untuk membuat tema itu menjadi jelas, dan apakah perincian itu sudah diurutkan dalam suatu urutan yang teratur dan logis. Demikian pula apakah setiap perincian itu sudah diperinci lagi secara maksimal, dan apakah perincian-perincian itu sudah diurutkan secara teratur atau tidak.

Kesatuan alinea dapat dicapai dengan beberapa latihan singkat, tetapi membuat perincian-perincian sampai ke detail-detailnya dalam data tingkat yang berbeda-beda, merupakan masalah yang sulit. Penulis biasanya tahu apa yang diinginkannya, tetapi belum tentu pembaca dapat memahami dengan mudah apa yang dimaksudkan penulis. Pembaca hanya akan memahami maksud pengarang bila ia membaca perincian-perincian yang konkrit dan teratur dari tiap pokok yang lebih umum.

Seringkali terjadi bahwa penulis selalu berusaha untuk mempertahankan tesisnya, dan telah membuat perincian sebaik-baiknya tetapi membiarkan pembaca dalam pertanyaan: "Bagaimana penyelesaiannya?" Penulis tidak dapat menyelesaikan persoalannya atau mengakhiri persoalannya secara menyenangkan, bila pembaca sampai mengajukan pertanyaan di atas. Bila hal itu terjadi maka ada dua kemungkinan: pertama, penulis tidak berhasil untuk menunjukkan bagaimana gagasan itu diterapkan dalam hidup, atau kedua, pembaca tidak disiapkan untuk menyelesaikan masalahnya. Pembaca merasa bahwa penulis telah memberinya terlalu banyak harapan.

Di samping perincian-perincian yang konkrit, perkembangan juga dapat dijamin dengan mengurutkan perincian-perincian itu secara logis. Demikian pula susunan itu harus memperlihatkan transisi yang jelas dan lancar, baik antara alinea dengan alinea, maupun antara bagian dengan bagian.


d. Keaslian
    Ditinjau dari segi kesatuan dan perkembangan mungkin penulis sudah membuat sebaik-baiknya, tetapi penulisan itu mungkin belum merupakan tulisan yang baik dan berhasil. Tema yang baik harus mengandung ukuran lain yaitu keaslian atau originalitas. Keaslian dapat diukur dari beberapa sudut, pertama dari pilihan pokok persoalannya, dari sudut pandangannya, pendekatannya, dari rangkaian kalimat-kalimatnya, dari pilihan kata, dsb.

Harus diakui bahwa tidak ada ketentuan-ketentuan untuk mengukur keaslian suatu karangan secara mutlak. Tetapi beberapa cara umum dapat dipergunakan untuk maksud tersebut. Keaslian atau originalitas harus diartikan bahwa sebuah karangan telah digarap dalam batas-batas selera yang baik, sehingga menimbulkan kesegaran dan tidak menjemukan. Sebuah gagasan yang segar atau sebuah pendekatan yang segar terhadap sebuah topik yang sudah umum, juga merupakan hal yang originil. Demikian pula sebuah observasi yang cermat serta laporan-laporan yang teliti dapat dianggap originil, sebab tidak ada dua observasi yang melihat hal-hal yang sama. Akhirnya bila penulis jujur terhadap apa yang dikatakannya, jujur mengungkapkan pendapatnya sendiri, jujur menyajikan perasaan dan tanggapannya terhadap sebuah situasi atau gagasan dengan mempergunakan kata-kata sendiri, maka tulisan itu dapat dinilai sebagai bersifat originil.

Untuk memahami aspek-aspek tadi guna mengukur keaslian sebuah tema, maka di bawah ini aspek akan diuraikan secara tersendiri.


(1) Sudut pandangan
    Sudut pandangan atau point of view dalam hubungan ini adalah persoalan bagaimana sikap hidup seseorang sehari-hari. Sikap hidup ini didasari pada keyakinan keagamaan, pandangant erhadap nilai-nilai dari barang-barang yang berada di sekitar manusia. Suatu barang atau hal dapat dilihat dari sudut pandangan moral agama, — moral agama Islam, Katolik, Protestan, dsb. — atau dilihat dari segi Marxis, Nasionalisme, dsb.

Memang sangat sulit untuk mencetuskan sebuah gagasan baru, atau menceriterakan sebuah pengalaman baru dalam sejarah umat manusia. Banyak gagasan dan pengalaman sudah kita kenal, tetapi lebih penting dari itu adalah bahwa kita dapat meneliti kembali semua persoalan itu, untuk menyajikannya dalam sebuah penglihatan baru. Penglihatan baru yang dijadikan landasan penyajian tersebut adalah sikap hidup atau pandangan hidup yang menjiwai pikiran dan kegiatan manusia sehari-hari.

Beberapa ratus tahun yang lalu kekuasaan yang terdapat pada seseorang penguasa dianggap sebagai anugerah Tuhan, karena ia memperoleh kekuasaan itu dari Tuhan untuk memerintah semua warganya. Kemudian pandangan itu berubah; orang menganggap kekuasaan itu berasal dari rakyat; rakyat sepakat untuk memberikan beberapa kekuasaan kepada orang-orang tertentu untuk mengurus dan mengatur kepentingan umum. Ide itu dikenal dengan istilah demokrasi. Tetapi dewasa ini pengertian demokrasi itu berbeda-beda sesuai dengan sikap atau pandangan yang timbul kemudian: ada demokrasi parlementer, ada demokrasi sosialis, dan sebagainya.


(2) Pendekatan
     Pengamanan terhadap keaslian dapat dilakukan dengan mempergunakan suatu pendekatan (approach) yang tidak terduga-guda terhadap sebuah topik, dengan menggunakan metode yang sama sekali tidak diharapkan. Metode atau pendekatan ilmiah yang dipergunakan seorang pengarang bisa bermacam-macam sesuai dengan sifat topik dan keinginan penulisnya. Ada pendekatan sosiologis, ada pendekatan psikologis, pedagogis, historis, komparatir, dsb. Suatu masalah dapat digarap secara deskriptif, naratif dsb.

Sebuah pendekatan yang bersifat naratif terhadap sebuah gagasan yang ekspositoris misalnya dapat menimbulkan interese terhadap hal-hal yang biasanya membosankan. Misalnya pertama-tama pengarang menceriterakan hal-hal yang khusus, menciptakan watak dan situasi, kemudian menerapkannya pada hal-hal yang umum yang lebih bersifat ekspositoris. Dalam menjelaskan tentang operasi Brigade Motor dari Polisi Lalu-lintas, pengarang mulai dengan sebuah laporan tentang sebuah kecelakaan lalu-lintas yang khusus, dengan tokoh-tokoh tertentu, kemudian kedatangan polisi lalu-lintas dari Brigade Motor, disudahi dengan analisa-analisa tentang apa sebenarnya yang sudah terjadi, serta tindakan-tindakan selanjutnya untuk mencegah terulangnya peristiwa semacam itu.

Suatu cara yang lebih kompleks untuk menjamin originalitas dalam pendekatan adalah mempergunakan analogi untuk menjelaskan sebuah tema. Pengarang membandingkan dua hal atau barang yang pada hakekatnya tidak sama. Pengarang yang dapat menemukan dan mempergunakan kesamaan-kesamaan itu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain, akan bisa menulis tema yang originil dan menarik.


(3) Kalimat
    Keaslian membentuk kalimat-kalimat adalah segi lain yang harus diperhatikan oleh pengarang. Pengarang harus menghindari frasa-frasa yang membosankan dan gaya bahasa yang terlalu lazim. Suatu pegangan yang baik adalah sejauh mungkin menghindari frasa atau gaya bahasa yang sering dibaca atau didengar. Menyusun kalimat dengan kata-kata sendiri adalah jauh lebih baik. Pilihan kata-kata yang tepat, konkrit dan khas akan jauh lebih menarik daripada kata-kata yang hebat dan megah tetapi membingungkan. Demikian pula bila harus mempergunakan ungkapan-ungkapan atau perbandingan-perbandingan, hendaknya diperlihatkan dengan jelas bahwa ada kesamaan antara topik dan hal yang diperbandingkan itu.

Keaslian kalimat tidak berarti seorang dilarang mengutip kalimat-kalimat dari pengarang-pengarang lainnya. Bila seorang pengarang harus mengutip kalimat dari pengarang lain ia harus menjelaskannya secara tegas bahwa kalimat itu dikutipnya dari pengarang lain. Penjelasan bahwa ia mengutip kalimat itu dilakukan dengan menyebutkan sumber kutipan itu. Kutipan atas pendapat orang lain diperkenankan sejauh untuk membuktikan suatu kebenaran. Tetapi janganlah seluruh karangan hanya terdiri dari kutipan-kutipan. Jalan pikiran, teknik analisa harus betul-betul merupakan hasil pemikiran dan analisa pengarangnya, sedangkan kutipan hanya berfungsi sebagai bahan pembanding, sebagai ilustrasi untuk sesuatu hal yang telah dibuktikan kebenarannya.


e.  Judul yang Cocok  
    Akhirnya sebagai syarat terakhir dari sebuah tema yang baik, perlu dikemukakan suatu hal yang langsung mengenai topik pembahasan, yaitu judul. Biasanya lebih baik menanti sampai selesai menggarap temanya baru mencari sebuah judul yang tepat sehingga bisa terjamin bahwa judul itu cocok atau sesuai dengan temanya. Bila dianggap perlu untuk memiliki sebuah judul sebelum menggarap temanya, maka pengarang hendaknya selalu bersedia untuk mempertimbangkan kembali judul itu sesudah temanya selesai digarap.

Sebuah judul yang baik akan merangsang perhatian pembaca dan akan cocok pula dengan temanya. Karena tidak mungkin ada dua tulisan yang sama betul dalam segala seginya, maka judul yang diberikan pada sebuah karangan juga haruslah sebuah judul yang asli. Keaslian tidak perlu berarti bahwa judul itu sama sekali belum pernah dipakai. Dalam hal ini dapat juga dipergunakan judul-judul yang sudah lama terkenal, tetapi karena pendekatan, sikap hidup dan sebagainya bisa berlainan, maka dapat diberikan judul-judul tambahan yang berlainan sehingga tetap syarat originalitas tetap terjamin. Sebuah judul dapat pula mempergunakan atau menggemakan sebuah kalimat yang penting dalam karangan itu. Yang lebih umum adalah judul yang hanya menyebut ciri-ciri yang utama atau yang terpenting dari karya itu, sehingga para pembaca sudah dapat membayangkan apa yang akan diuraikan di dalam karya itu.

Semua ciri judul yang disebut di atas hanya mempunyai satu segi pertalian dengan karyanya, yaitu sekedar membayangkan isi karya itu, tidak sepenuhnya mengungkapkan seluruh isi karya itu. Namun ada karya-karya lain, terutama sebuah laporan ekspositoris yang resmi, biasanya mempergunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud pengarang, misalnya: "Suatu Penelitian tentang Korelasi antara Kejahatan Anak-anak dan Tempat Kediaman yang tidak Memadai".

Akhirnya perlu dikemukakan bahwa di samping judul yang cocok dan asli, judul yang baik harus memenuhi pula beberapa syarat berikut:
  1. Judul harus relevan: artinya judul itu harus mempunyai pertalian dengan temanya, atau ada pertalian dengan beberapa bagian yang penting dari tema tersebut.
  2. Judul harus provokatif: artinya judul harus sedemikian rupa sehingga dapat menimbulkan keinginan tahu dari tiap pembaca terhadap isi buku atau karangan itu.
  3. Judul harus singkat: judul harus singkat maksudnya judul tidak boleh mengambil bentuk kalimat atau frasa yang panjang, tetapi harus berbentuk kata atau rangkaian kata yang singkat. Bila tidak dapat dihindari judul yang panjang, maka pengarang dapat menempuh jalan keluar dengan menciptakan judul utama yang singkat, tetapi judul tambahan yang panjang.


Latihan
  1. Carilah 20 macam topik yang khusus. Kelompokkanlah masing-masingnya menurut jenisnya.
  2. Dari pokok-pokok tersebut di atas mana yang dapat diperinci atau dipersempit lagi?
  3. Tetapkanlah maksud dari kedua puluh topik tadi. Apakah dapat dibuat lebih dari satu maksud bagi tiap-tiap topik itu?
  4. Dari soal nomor satu dan nomor tiga, tetapkanlah atau rumusan tesis bagi topik yang memiliki gagasan sentral, serta buatlah perumusan pengungkapan maksud bagi topik yang tidak memiliki satu gagasan sentral yang menonjol. 
  5. Rumuskanlah tesis atau pengungkapan maksud dari topik dan tujuan berikut:
    a. Topik   : Mahasiswa dan korupsi.
        Tujuan : Mengajak mahasiswa untuk mengambil langkah-langkah yang perlu untuk mendesak pemberantasan korupsi di semua departemen.
    b. Topi     : Mahasiswa dan korupsi.
        Tujuan : Untuk menanamkan rasa anti korupsi, sehingga kelak mereka terjun ke tengah-tengah masyarakat, mereka sendiri yang harus memelopori usaha-usaha pemberantasan korupsi itu.
    c.  Topik   : Komunikasi bagi daerah pedesaan.
         Tujuan : Mendesak pemerintah untuk menyediakan fasilitas-fasilitas pengangkutan sehingga isolasi daerah pedesaan dapat segera diakhiri dan bisa mengikut-sertakan desa dalam kegiatan pembangunan nasional.
    d.  Topik   : Petani dan Peningkatan produksi.
         Tujuan : Meningkatkan pengetahuan petani mengenai teknologi modern yang praktis untuk diterapkan di desa-desa melalui siaran-siaran pedesaan.
    e.   Topik   : Pelajar dan masa depan bangsa.
         
    Tujuan : Menanamkan kesadaran semua pelajar agar dari sekarang mereka mempelajari ilmu pengetahuan dengan sungguh-sungguh dan mempertebal moralnya, karena masa depan bangsa dan negara berada di tangan mereka.
    f.    Topik   : Pelajarn dan masa depan bangsa.
          Tujuan : Meminta perhatian pemerintah agar dengan sungguh-sungguh menyediakan semua fasilitas pendidikan dan pengajaran, sehingga memungkinkan mereka menerima pendidikan dan pengajaran dengan baik.
    g.   Topik   : Pelajar dan masa depan bangsa.
          Tujuan : Menanamkan rasa pengabdian yang mendalam dan ikhlas dari para guru dan pengajar, sehingga mereka benar-benar mengamalkan panggilannya itu, karena moral dan sikap ilmiah para pemimpin di masa depan banyak tergantung dari apa yang mereka peroleh sekarang sebagai seorang pelajar.
  6. Berilah judul yang cocok dari semua soal nomor lima di atas. 
  7. Persempitkanlah pokok-pokok berikut menjadi topik yang lebih khusus.
    a. Pendidikan di Perguruan Tinggi.
    b. Pendidikan olahraga di Perguruan Tinggi.
    c. Kegemaran mengisi waktu yang kosong.
    d. Kepercayaan-kepercayaan di Indonesia.
    e. Tanah Airku Indonesia.
    f. Memperbaiki ekonomi Indonesia.
    g. Meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
    h. Tanggung-jawab moral seorang pemimpin.
    i. Masalah banjir.
    j. Masalah Kesehatan.
    k. Masalah pengangguran.
  8. Tetapkanlah beberapa maksud yang khusus bagi topik-topik yang khusus yang telah saudara buat dalam soal nomor 7 di atas lalu susunlah temanya. 


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau