Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Penyesuaian Diri

Penyesuaian Diri


6. Penyesuaian Diri


Bagaimanapun setiap pembicara akan merasa kekhawatiran sebelum menyampaikan uraiannya. Pembicara yang berpengalaman akan menghadapi situasi ini dengan melakukan dua hal: pertama, ia akan menyiapkan dan mempelajari topik pembicaraannya dengan sebaik-baiknya, dan kedua, mengadakan konsentrasi kepada kebutuhan pendengar, sehingga nilai informasinya tidak akan diragukan. Atau dengan kata lain pembicara berusaha menyesuaikan dirinya sebaik-baiknya dengan kebutuhan dan situasi yang ada pada pendengar sendiri. Sebab itu hasil dari analisa situasi dan analisa pendengar akan turut menentukan bagaimana harus mengadakan penyesuaian yang diperlukan.

Reaksi-reaksi yang timbul pertama-tama biasanya reaksi kepada pembicara, bukan kepada materi pembicaraan. Maka pembicaralah yang pertama-tama harus berusaha untuk mengadakan penyesuaian itu. Tujuan yang paling dasar bukanlah agar pembicara dan pendengar terdapat persesuaian pendapat mengenai hal yang diuraikan. Sikap pembicara juga akan menentukan penyesuaian pendapat itu. Sedangkan sikap pembicara itu akan jelas terlihat oleh pendengar melalui kata-kata yang dipergunakan, melalui air muka dan gerak-geriknya dan melalui nada suaranya.

Apabila pendengar mendapat kesan bahwa pembicara bersikap sombong atau merasa diri lebih tinggi, maka reaksi pendengar adalah menolak pembicara dan topik pembicaraannya. Jika pembicara sendiri merasa bosan terhadap materinya, maka pendengar pun akan merasa bosan. Apabila pembicara kurang yakin akan kebenaran pokok pembicaraannya, maka pendengar pun akan meragukan kebenaran materi pembicaraannya. Sebab itu pembicara harus aktif mengusahakan penyesuaian pendapat itu. Ia harus mengambil langkah-langkah untuk sejauh mungkin menyesuaikan dirinya agar dapat mengamankan maksudnya. Menyesuaikan diri di sini tidak boleh diartikan sebagai pembicara harus mengikuti sikap dan kemauan pendengar, malahan sebaliknya ia harus merebut sikap pendengar.

Beberapa macam penyesuaian yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:


a. Penyesuaian terhadap sikap bermusuhan

Bila dalam analisanya pembicara telah meramalkan adanya sikap bermusuhan, maka tindakan pertama yang harus dilakukannya adalah berusaha untuk menguasai pendengar. Pembicara tidak akan menyelesaikan maksudnya dengan baik, bila selama pembicaraannya berlangsung sikap bermusuhan ini belum dilenyapkan. Metode untuk menguasai pendengar yang memperlihatkan sikap bermusuhan ini berbeda-beda, tergantung dari alasan yang menyebabkan sikap bermusuhan tersebut. Tetapi bila sikap ini sungguh-sungguh ada, maka pembicara harus segera menyesuaikan dirinya, misalnya dengan menunjukkan kesamaan-kesamaan dasar antara dirinya dan pendengar.

Pembicara dapat memilih salah satu dari beberapa metode berikut untuk menguasai pendengar yang bersikap bermusuhan tersebut:
(1) Menunjukkan sikap bersahabat dengan mereka.
(2) Menunjukkan kesesuaian atau kesamaan pandangan antara pembicara dan pendengar.
(3) Menunjukkan sikap jujur, sopan, serta menciptakan humor yang sehat dan menyenangkan.
(4) Menunjukkan pengalaman-pengalaman yang umum, yang juga dialami para pendengar.
(5) Menunjukkan rasa penghargaan terhadap kesanggupan pendengar dan hasil-hasil yang mereka capai, atau yang dicapai sahabat-sahabat mereka.


b. Penyesuaian terhadap sikap angkuh

Langkah yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara bila pendengar menunjukkan sikap angkuh adalah melawan kembali dengan sikap angkuh atau yang bertentangan dengan itu. Pembicara harus menunjukkan kepercayaan atas diri sendiri, yang harus diimbangi dengan rasa sopan santun. Ia harus merebut penghargaan pendengar dengan menguraikan pikirannya dengan baik dan teratur, serta berusaha untuk memperkuat atau mengkonkritkan pembicaraannya dengan fakta-fakta dan bukan dengan menonjolkan dirinya. Kalimat-kalimat yang mengandung frasa "saya kira", "saya sangka", dsb., haruslah dihindari sejauh-jauhnya.


c. Penyesuaian terhadap beberapa sikap umum

Di samping kedua sikap khusus sebagai yang telah dikemukakan di atas, seorang pembicara dapat pula memperhitungkan beberapa sikap umum yang mungkin timbul sesuai dengan maksud pembicaraannya. Beberapa sikap umum yang ditimbulkan oleh maksud dan tujuan pembicaraan adalah:

(1) Bila tujuan utama adalah menggembirakan atau memberitahukan sesuatu, maka sikap terhadap tujuan pembicaraan dikuasai oleh sikap terhadap topiknya. Sebab itu mungkin timbul sikap-sikap berikut:
     (a) berminat, atau
     (b) apatis.
(2) Bila tujuan utama sebuah uraian adalah mendorong, meyakinkan, atau bertindak, maka sikap terhadap tujuan dikuasai oleh perasaan atau keyakinan tertentu, atau dipengaruhi oleh tindakan yang diinginkan. Sebab itu ada kemungkinan akan timbul sikap-sikap berikut:
     (a) dapat menerima tujuan itu, tetapi tidak mendorong atau merangsang;
     (b) apatis;
     (c) berminat, tetapi tidak menentukan apa yang harus dibuat atau dipikirkan mengenai persoalan tersebut.
     (d) berminat, tetapi mengambil sikap bermusuhan terhadap keyakinan, sikap, atau tindakan yang dianjurkan, karena beberapa alasan:
           — bimbang untuk melaksanakan;
           — takut kalau membawa akibat yang tidak baik;
           — menghormati keyakinan, sikap, atau tindakan orang lain.
     (e) tidak senang terhadap tiap perubahan dari keadaan sekarang.


Setelah pembicara menetapkan sikap pendengar terhadap maksud pembicaraan, terhadap topik pembicaraan atau terhadap pembicara sendiri, maupun sikap umum berdasarkan maksud umum dari pembicaraan tersebut, maka terserahlah pada pembicara untuk mempergunakan metode yang dianggap paling baik untuk menyesuaikan diri dalam rangka usaha menguasai pendengarnya.



Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 
    

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau