Skip to main content

Jenis Fonem

Jenis Fonem Jenis fonem yang dibicarakan di atas (vokal dan konsonan) dapat dibayangkan sebagai atau dikaitkan dengan segmen-segmen yang membentuk arus ujaran. Kata bintang , misalnya, dilihat sebagai sesuatu yang dibentuk oleh enam segmen — /b/, /i/, /n/, /t/, /a/, /Å‹/. Satuan bunyi fungsional tidak hanya berupa fonem-fonem segmental. Jika dalam fonetik telah diperkenalkan adanya unsur-unsur suprasegmental, dalam fonologi juga dikenal adanya jenis fonem suprasegmental. Dalam bahasa Batak Toba kata /itÉ™m/ berarti '(pewarna) hitam', sedangkan /itÉ”m/ (dengan tekanan pada suku kedua) berarti 'saudaramu'. Terlihat bahasa yang membedakan kedua kata itu adalah letak tekanannya, sehingga dapat dikatakan bahwa tekanan bersifat fungsional. Lain lagi yang diperlihatkan dalam contoh bahasa Inggris berikut. Di sini perubahan letak tekanan tidak mengubah makna leksikal kata, tetapi mengubah jenis katanya. Kata benda Kata kerja ‘import ‘impor’

Syarat-syarat Kerangka yang baik

Syarat-syarat Kerangka yang baik


7. Syarat-syarat Kerangka yang baik


Secara inklusif dalam bagian tentang penyusunan, pola susunan dan macam-macam kerangka karangan telah diuraikan beberapa segi atau persyaratan untuk menyusun sebuah kerangka karangan yang baik. Namun untuk mendapat suatu gambaran secara khusus dan jelas tentang persyaratan itu baiklah hal itu dikemukakan sekali lagi.

Terlepas dari besar-kecilnya kerangka karangan yang dibuat, tiap kerangka karangan yang baik harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:

a. Tesis atau Pengungkapan maksud harus jelas
    Tesis atau pengungkapan maksud merupakan tema dari karangan yang akan digarap. Sebab itu perumusan tesis atau pengungkapan maksud harus dirumuskan dengan jelas dalam struktur kalimat yang baik, jelas menampilkan topik mana yang dijadikan landasan uraian dan tujuan mana yang akan dicapai oleh landasan tadi. Tesis atau pengungkapan maksud yang akan mengarahkan kerangka karangan itu.


b. Tiap unit dalam kerangka karangan hanya mengandung satu gagasan
     Karena tiap unit dalam kerangka karangan, baik unit atasan maupun unit bawahan, tidak boleh mengandung lebih dari satu gagasan pokok, maka akibatnya tidak boleh ada niat yang dirumuskan dalam dua kalimat, atau dalam kalimat majemuk setara, atau kalimat majemuk bertingkat, atau dalam frasa koordinatif. Bila ada dua atau tiga pokok dimasukkan bersama-sama dalam satu simbol yang sama, maka hubungan strukturalnya tidak akan tampak jelas. Bila terjadi hal yang demikian maka unit itu harus segera direvisi. Bila kedua gagasan itu berada dalam keadaan setara, maka masing-masingnya harus ditempatkan dalam urutan simbol yang sama derajatnya. Bila terdapat gagasan-gagasan yang tidak setara, maka ide-ide yang berbeda tingkatnya itu harus ditempatkan dalam simbol-simbol yang berlainan derajatnya.


Untuk menjelaskan hal tersebut, perhatikanlah contoh berikut:

Salah

I.                     Pertentangan-pertentangan yang sering menimbulkan ketegangan dunia terjadi karena nafsu berkuasa, baik yang bersifat internasional maupun yang bersifat regional, karena pertentangan ideologi Timur-Barat, antara kediktatoran dan demokrasi dan jurang kemakmuran antara negara-negara yang berkembang dan negara maju.
Benar

I.                     Ada beberapa sebab yang menyebabkan pertentangan di dunia:
A. nafsu berkuasa
    a. menjajah daerah lain
        1. secara politis
        2. secara militer
        3. secara ekonomis
   b. merebut kekuasaan dalam negeri
        1. secara politis
        2. secara militer
B. Pertentangan ideologi
    a. Timur-Barat
       1. Sosialisme
       2. Kapitalisme
   b. Sistim pemerintahan
       1. Kediktatoran
       2. Demokrasi
C. Jurang kemakmuran antar bangsa
    a. negara maju yang kaya
    b. negara berkembang yang belum mengatasi kesulitannya
    c. negara yang belum berkembang yang sangat miskin

c. Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus disusun secara logis
    Persoalan-persoalan atau topik-topik yang dicatat di bawah judul-judul atasan, harus sungguh-sungguh bersifat bawahan dan tidak boleh sama atau lebih tinggi dari judul atasannya. Dan lebih lagi tidak boleh ada sebuah pokok bawahan yang ditempatkan di bawah sebuah pokok atasan tetapi sama sekali tidak mempunyai hubungan dengan pokok atasan itu. Tiap pokok bawahan harus secara langsung dan logis menunjang atau memperkuat pokok atasannya.


Oleh sebab itu kerangka karangan yang disusun secara logis dan teratur mempersoalkan tiga hal, yaitu:
(1) apakah tiap unit yang lebih tinggi telah diperinci secara maksimal;
(2) apakah tiap perincian mempunyai hubungan langsung dengan unit atasan langsungnya;
(3) apakah urutan perincian itu sudah baik dan teratur.

Perhatikan contoh di bawah ini:

Salah

I.                     Radio membawa manfaat langsung kepada umat manusia.
A. Radio menyelamatkan banyak jiwa di laut
II.                   Dengan mudah menyiarkan berita
III.                 Metode penyiaran sekarang tidak baik.
A. Terlalu banyak gelombang di udara.
    1. Program-program merosot.
    2. Terlalu banyak siaran dengan suara terlalu tinggi.
B. Ia membantu mencari jejak penjahat.
Benar

I.                     Radio membawa manfaat langsung kepada umat manusia.
A. Radio menyelamatkan banyak jiwa di laut
B. Mudah menyiarkan berita
C. Membantu mencari jejak penjahat.
II.                   Metode penyiaran sekarang tidak baik.
A. Terlalu banyak gelombang di udara.
B. Teknik siaran semakin merosot.
    1. Suara penyiar terlalu rendah.
    2. Suara penyiar terlalu tinggi.

Hubungan logis dari pokok-pokok yang tercakup dalam kerangka karangan seperti tampak dalam contoh di atas, diperlihatkan dengan identitas-identitas tertentu, berupa penempatan pokok-pokok itu sejajar secara vertikal. Semakin besar kepentingan logisnya, maka pokok itu ditempatkan lebih dekat ke pinggir kiri. Bila pokok itu panjangnya lebih dari satu baris, maka baris yang kedua dan seterusnya harus sama dengan baris yang pertama.

d. Harus mempergunakan pasangan simbol yang konsisten
    Penggunaan pasangan simbol yang konsisten mencakup dua hal yaitu pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unitnya, dan tipografi yaitu penempatan angka dan huruf penanda tingkatan dan teks dari tiap unit kerangka karangan.

Pemakaian angka dan huruf sebagai penanda tingkatan dan urutan unit-unit kerangka karangan biasanya mengikuti konvensi berikut:
(1) Angka Romawi: I, II, III, IV, dsb. dipakai untuk Tingkatan pertama.
(2) Huruf Kapital: A, B, C, D, dsb. dipakai untuk Tingkat kedua.
(3) Angka Arab: 1, 2, 3, 4, dsb. dipakai untuk menandai Tingkat ketiga.
(4) Huruf Kecil: a, b, c, d, e, dsb. dipakai untuk menandai tingkat keempat.
(5) Angka Arab dalam kurung: (1), (2), (3), (4), dsb. dipakai untuk menandai tingkat kelima.
(6) Huruf kecil dalam kurung: (a), (b), (c), (d), dsb. dipakai untuk menandai tingkatan keenam.

Sebaliknya konvensi yang menyangkut tipografi adalah: semakin penting atau tinggi sebuah unit, semakin ke kiri tempatnya. Semakin berkurang kepentingan unitnya, semakin ke kanan tempatnya.

Seperti tampak pada contoh-contoh sebelumnya, tiap pokok harus disusun dalam garis vertikal yang berlainan sehingga tanda-tanda simbol dapat kelihatan dengan jelas. Apakah penulis mempergunakan simbol-simbol dengan urutan sebagai dikemukakan di atas, atau mengubah fungsi simbol-simbol itu, namun ada satu hal yang tidak boleh dilakukan yaitu merubah nilai simbol-simbol itu di tengah-tengah kerangka karangan. Pokok-pokok yang memiliki kepentingan atau tingkat yang sama harus mempergunakan simbol yang sama, sedangkan pokok-pokok yang berbeda kepentingannya tidak boleh mempergunakan simbol tadi.

Salah

I.                     Kebijaksanaan di bidang koperasi berubah-ubah
a. Sebelum Orde Baru dikuasai politik
b. Orde Baru: Undang-undang Koperasi tahun 1967
c. Ikutnya koperasi dalam program ekonomi pemerintah
II.                   Masalah Koperasi
A. Iklim koperasi berubah-ubah
    1. karena perubahan ekonomi
    2. karena perubahan politik
B. Masalah Pembiayaan
    a. kesadaran anggota
    b. kredit dari bank
C. Masalah Organisasi
    I. Rapat-rapat anggota
    II. Pengawasan
    III. Lemahnya pengurusan
    IV. Mental pengurus
III.                 Prospek Koperasi
1. Berada di tangan koperasi sendiri
2. Dukungan pemerintah
3. Pendidikan dan penyuluhan
4. Swasembada
5. Bersatu dengan aspirasi golongan ekonomi lemah
Benar

I.                     Kebijaksanaan di bidang Koperasi berubah-ubah
A. Sebelum Orde Baru dikuasai politik
B. Orde Baru: diatur dengan Undang-undang Koperasi tahun 1967
C. Ikutnya Koperasi dalam program-program ekonomi pemerintah
II.                   Masalah Koperasi
A. Iklim koperasi berubah-ubah
    1. Dipengaruhi perubahan ekonomi
    2. Dipengaruhi perubahan politik
B. Masalah Pembiayaan
    1. Kesadaran anggota
    2. Kredit-kredit dari pemerintah/bank
C. Masalah organisasi
    1. rapat-rapat anggota
    2. pengawasan
    3. lemahnya pengurusan
    4. mental pengurus
III.                 Prospek Koperasi
A. Berada di tangan koperasi
B. Dukungan pemerintah
C. Pendidikan dan penyuluhan
D. Swasembada
E. Bersatu dengan aspirasi golongan ekonomi lemah


Akhirnya perlu ditegaskan sekali lagi bahwa seorang tidak akan mencapai kemahiran ini dengan sekali mempelajari prinsip-prinsip sebagai telah dikemukakan di atas. Ia harus mengadakan latihan secara terus-menerus, harus melalui perkembangan dari tahap yang satu ke tahap yang lain, melalui kegagalan-kegagalan dan akhirnya bangun kembali dari kekecewaannya untuk pada akhirnya mencapai apa yang diharapkan.


Latihan
  1. Susunlah pokok-pokok berikut ke dalam suatu urutan yang teratur:
    a. Makan-makan di restoran sebelum pulang, tidak betah tinggal di rumah, membaca reklame film, menikmati film di bioskop, ada iklan tentang film, membeli karcis bioskop, menonton film bersama kawan, mengajak kawan menonton.
    b. Mendapat kesulitan dalam penyusunan karya tulis, mengetik karya tulis, meminta bantuan kawan, merencanakan karya tulis, menyerahkan naskah final kepada pengajar, menyempurnakan rencana kerangka karangan, menggarap karya tulis.
    c. Membuat risalah, menyampaikan undangan, memimpin rapat, pengesahan risalah rapat, rapat senat mahasiswa, kuorum tercapai, pimpinan rapat mengambil tempat, rapat ditutup, pengesahan tata tertib rapat, pokok-pokok acara, rapat diskors 15 menit, rapat dibuka, anggota-anggota hadir secara lengkap, rapat dimulai lagi.
  2. Kembangkanlah tesis-tesis berikut menjadi kerangka sementara (non-formal):
    a. Kesusastraan adalah sebuah peristiwa seni yang memakai bahasa sebagai medium.
    b. Perlu sekali membangkitkan daya kreasi murid-murid dengan menerbitkan majalah-majalah, pementasan-pementasan dan deklamasi-deklamasi.
    c. Penanaman modal asing di Indonesia tanpa suatu kebijaksanaan dasar yang tegas dapat membawa akibat yang kurang baik bagi rakyat Indonesia.
    d. Masa depan pengolahan data secara otomatis ditinjau dari segi sosial-psikologis dapat dikatakan memberi harapan.
    e. Perlu diadakan kerjasama yang lebih baik antara negara-negara yang memiliki proyek ruang angkasa, untuk menyelidiki angkasa luar.
  3. Kembangkanlah kerangka sementara dari soal-soal pada nomor 2 menjadi kerangka formal dengan mempergunakan kerangka kalimat.
  4. Kembangkanlah kerangka sementara dari soal-soal nomor 2 menjadi kerangka formal dengan mempergunakan kerangka topik.
  5. Buatlah sebuah ringkasan isi dalam bentuk kerangka karangan dari sebuah artikel yang saudara baca.
  6. Urutan mana yang saudara gunakan bila menghadapi hal-hal berikut?
    a. Deskripsi atas sebuah wilayah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang situasi geografi dan keadaan penduduknya.
    b. Melukiskan kepada orang-orang tentang kecelakaan yang dialami kereta api Mutiara Jakarta - Surabaya, di mana saudara ikut sebagai penumpang.
    c. Lukisan tentang usaha-usaha pemerintah Indonesia untuk mengatasi kesulitan-kesulitan ekonomi sesudah masa G.30.S./PKI.
    d. Lukisan tentang sebab-sebab terjadinya kemacetan dalam penanaman modal dalam negeri.
    e. Menerangkan kepada orang-orang tentang pemakaian microwave dalam sistim komunikasi di Indonesia.
    f. Usaha untuk mengatasi kepadatan penduduk.
    g. Menguraikan sebuah pendapat yang diketahui mendapat tantangan dari masyarakat.


Baca: Buku Komposisi Gorys Keraf 

Comments

Popular posts from this blog

Tanda-tanda Koreksi

6. Tanda-tanda Koreksi Sebelum menyerahkan naskah kepada dosen atau penerbit, setiap naskah harus dibaca kembali untuk mengetahui apakah tidak terdapat kesalahan dalam soal ejaan , tatabahasa atau pengetikan. Untuk tidak membuang waktu, maka cukuplah kalau diadakan koreksi langsung pada bagian-bagian yang salah tersebut. Bila terdapat terlalu banyak salah pengetikan dan sebagainya, maka lebih baik halaman tersebut diketik kembali. Untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan itu, lazim dipergunakan tanda-tanda koreksi tertentu, sehingga antara penulis dan dosen, atau antara penulis dan penerbit, terjalin pengertian yang baik tentang apa yang dimaksud dengan tanda koreksi itu. Tanda-tanda koreksi itu dapat ditempatkan langsung dalam teks atau pada pinggir naskah sejajar dengan baris yang bersangkutan. Tiap tanda perbaikan dalam baris tersebut (kalau ada lebih dari satu perbaikan pada satu baris) harus ditempatkan berturut-turut pada bagian pinggir kertas; bila perlu tiap-tiapnya dipis

Buku Komposisi Gorys Keraf

Daftar Isi Buku Komposisi Gorys Keraf Kata Pengantar Daftar Isi PENDAHULUAN Bahasa Aspek Bahasa Fungsi Bahasa Tujuan Kemahiran Berbahasa Manfaat Tambahan Kesimpulan BAB I PUNGTUASI Pentingnya Pungtuasi Dasar Pungtuasi Macam-macam Pungtuasi BAB II KALIMAT YANG EFEKTIF Pendahuluan Kesatuan Gagasan Koherensi yang baik dan kompak Penekanan Variasi Paralelisme Penalaran atau Logika BAB III ALINEA : KESATUAN DAN KEPADUAN Pengertian Alinea Macam-macam Alinea Syarat-syarat Pembentukan Alinea Kesatuan Alinea Kepaduan Alinea 5.1 Masalah Kebahasaan 5.2 Perincian dan Urutan Pikiran BAB IV ALINEA : PERKEMBANGAN ALINEA Klimaks dan Anti-Klimaks Sudut Pandangan Perbandingan dan Pertentangan Analogi Contoh Proses Sebab - Akibat Umum - Khusus Klasifikasi Definisi Luar Perkembangan dan Kepaduan antar alinea BAB V TEMA KARANGAN Pengertian Tema Pemilihan Topik Pembatasan Topik Menentukan Maksud Tesis dan Pengungkapan Maksud

Bagian Pelengkap Pendahuluan

2. Bagian Pelengkap Pendahuluan Bagian pelengkap pendahuluan atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik. Biasanya bagian pelengkap pendahuluan dinomori dengan mempergunakan angka Romawi. Bagian pelengkap pendahuluan biasanya terdiri dari judul pendahuluan, halaman pengesahan, halaman judul, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan tabel, dan halaman penjelasan kalau ada. Bila karangan itu akan diterbitkan sebagai buku, maka bagian-bagian yang diperlukan sebagai persyaratan formal adalah: judul pendahuluan, halaman belakang judul pendahuluan, halaman judul, halaman belakang judul, halaman persembahan dan halaman belakang persembahan kalau ada, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar atau tabel serta halaman penjelasan atau keterangan kalau